LAPORAN
PRAKTIKUM
TEKNOLOGI
PENANGKAPAN DAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN
BAGAN
SERO
Disusun
Oleh Kelompok 10 :
Citra Widya
Ningsih
Danti Dwi
Sundari
Deny Saputra
Firmansyah
Reza Afrizal
Saiman Wijaya
Tri Rismayanti
JURUSAN
PERIKANAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SULTAN AGENG TIRTAYASA
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sistem perikanan pantai di Indonesia merupakan salah
satu bagian dari sistem perikanan secara umum yang berkontribusi cukup besar
dalam produksi perikanan selain dari perikanan lepas pantai dan perikanan
darat. Perikanan pantai cenderung mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam
teknologi penangkapan dan rekayasa teknologi dalam pengembangan armada
penangkapan dan peralatan pendukung lainnya. Skala usaha dalam sistem perikanan
pantai sangat beragam dari skala konsumsi rumah tangga hingga yang dikembangkan
secara profesional baik oleh perusahaan swasta maupun pemerintah.
Salah satu alat tangkap tradisional yang dominan di
kawasan Pelabuhan Perikanan Karangantu adalah Sero. Sero adalah perangkap yang
biasanya terdiri dari susunan pagar-pagar yang akan menuntun ikan-ikan menuju
perangkap. Di daerah lain Sero juga bisa disebut banjang, bila, belat, seroh,
kelong. Alat tangkap tersebut tergolong alat tangkap pasif karena dioperasikan
dengan cara menunggu kedatangan ikan, bukan mendekati atau mengejar kawanan
ikan. Alat tangkap ini dipasang di kawasan perairan pantai yang dipengaruhi
oleh pasang surut. Salah satu faktor yang menyebabkan alat tangkap sero masih
banyak dioperasikan di pesisir pantai sampai saat ini adalah karena relatif
murah, mudah, dan sederhana pengoperasiannya. Meskipun jika dilihat dari
produktivitasnya bila dibandingkan dengan alat tangkap lainnya seperti purse
seine, jaring insang, dan bagan, kontribusi alat tangkap sero dalam total
volume hasil tangkapan sero memang relatif lebih rendah. Pengembangan teknologi
penangkapannya pun relatif lebih lambat dan inovasi baru hasil riset sangat
kurang karena potensi pengembangan ke arah komersial kurang menjanjikan. Hal
ini mengakibatkan para peneliti kurang berminat mengkaji masalah sero sehingga
informasi dan kajian ilmiah masalah sero ini sangat terbatas, sementara
populasi nelayan yang menggantungkan hidupnya pada alat tangkap ini cukup besar
dan umumnya mengalami kesulitan untuk memilih pekerjaan lain karena
keterbatasan keterampilan dan pengetahuan.
Tipologi daerah penangkapan perikanan
pantai yang banyak terdiri dari kawasan teluk yang sifatnya semi terbuka
memiliki beberapa keistimewaan dibandingkan dengan perikanan tangkap di
perairan terbuka. Sumberdaya ikan di kawasan teluk keragamannya sangat tinggi
mengikuti keragaman dan tipe habitat yang bervariasi. Keistimewaan lain
dibandingkan dengan perairan terbuka adalah kemudahan akses oleh para nelayan.
Jarak yang dekat dari pantai dan karakteristik oseanografi yang tidak terlalu
ekstrim menyebabkan lebih mudah diakses
oleh nelayan dengan teknologi dan peralatan armada penangkapan yang untuk
mengeksploitasi sumberdaya ikan yang ada dalam wilayah teluk. Berbeda dengan
perairan terbuka yang membutuhkan armada penangkapan yang lebih maju dan skala
yang lebih besar.
Ekosistem teluk dan beberapa ekosistem
pesisir lainnya memiliki fungsi ekologis yang sangat penting terhadap berbagai
sumberdaya hayati laut, termasuk jenis-jenis ikan ekonomis penting yang banyak
menjadi target penangkapan selama ini. Fungsi ekologis yang penting ekosistem
teluk dan pesisir lainnya diantaranya sebagai daerah pemijahan (spawning
ground), daerah perlindungan, tempat mencari makan (feeding
ground), dan penyebaran larva dan wilayah pembesaran berbagai biota laut
(Dahuri 2003).
1.2 Tujuan
1. Untuk
mengetahui cara kerja alat tangkap sero/bagan yang berada di daerah penangkapan
Karangantu.
2. Untuk
mengetahui jenis tangkapan utama dan sampingan dari alat tangkapan sero/bagan.
3. Untuk
mengetahui pendapatan dari hasil tangkapan tersebut.
BAB 2
METODOLOGI
2.1 Waktu Dan Tempat
Adapun waktu dan tempat di laksanakannya praktikum
fieldtrip bersama Teknologi Penangkapan dan Daerah Penangkapan Ikan yang di laksanakan pada hari jumat sampai
minggu, tanggal 10-12
Mei 2013, tepatnya
dilaksanakan pada jam 19.00 – 08.00 wib. Mengenai alat tangkap sero yang di operasikannya di
Kepulauan
Banten, Karangantu,
Serang Banten.
2.2 Alat dan Bahan
Adapun
alat dan bahan yang kita gunakan dalam pelaksanaan praktikum fieldtrip bersama
mengenai alat tangkap sero yaitu, para nelayan menggunakan kapal KM. Prima sebagai alat transportasi dari darat ke lokasi sero yang
bermuatan sekitar 5 GT. Dan menggunakan alat tambahan yaitu serokan untuk
mengambil hasil tangkannya dari jaring sero. Bahan yang di gunakan pada jaring sero yaitu
menggunakan jaring trawl dengan panjang ± 100 m, dan mengguanakan tambang untuk
mengikat bambu-bambu pada kostruksi sero.
Kontruksi alat tangkap Sero:
Pada
prinsipnya alat tangkap ini terdiri 4 bagian penting yang masing-masing disebut
: penajo (main fence), sayap (wing), badan (body), dan
bunuhan (crib). Badan tersebut terdiri dari kamar-kamar (chamber).
Banyaknya kamar-kamar bervariasi, tergantung dari ukuran sero. Untuk sero kecil
umumnya terdiri 1-2 kamar, untuk ukuran sedang 3 kamar dan untuk sero besar 4
kamar. Panjang penajo bervariasi, tergantung besar kecilnya
sero. Untuk sero berukuran besar panjang penajo dapat mencapai antara 300-500
meter. Bagian penajo yang dekat dengan badan sero ± 1 / 4 sampai 1/3 dipasang
kere-kere dari bambu. Kamar-kamar sero tersebut pada bagian depannya dipasang
pintu-pintu dari kere bambu yang mudah ditutup dan dibuka pada waktu operasi
penangkapan. Di samping
bagian-bagian yang disebut penajo, sayap kiri/kanan dan bunuhan masih ada
kelengkapan lain yang disebut sisir/ pengiring/pengangsan, sibu-sibu (scoop
net).
2.3 Prosedur Kerja
Pada
praktikum fieldtrip kali ini metode praktikum yang kami lakukan yaitu langkah pertama para nelayan berangkat
menuju tempat lokasi letaknya sero. Kemudian jaring kantong yang berada di sero
terlebih dahulu di turunkan pada pukul 20.00, setelah kantong diturunkan para
nelayan menunggu selama kurang lebih 24jam. Selama kurung waktu tersebut para
nelayan ada yang memanfaatkan waktu untuk memancing dan ada juga sebagian
nelayan memantau kantong sero dari sampah maupun ubur-ubur yang masuk dengan
menggunakan serokan. setelah waktu tersebut nelayan mulai mengangkat jaring
kantung dan mengambil ikan dengan menggunakan serokan, lalu hasil tangkapan
dimasukan kedalam bak. Setelah semua hasil peangkapan sudah terangkat semua,
nelayan melalukan penyortiran sesuai dengan jenis ikan ataupun cumi-cumi.
Setelah itu para nelayan kembali pulang untuk menjual hasil tangkapan kepada
tengkulak. Cara ikan
terperangkap pada alat tangkap sero yaitu, terjebak
pada penajo atau sebagai penghalang (penghalau) perjalanan ikan. Sifat ikan
umumnya berenang menelusuri pantai dan bila berpapasan dengan penajo ia
cenderung akan membelok dan berenang menelusuri penajo ke arah tempat yang
lebih dalam dan akhirnya terperangkap masuk ke kamar-kamar sero dan terakhir
sampai ke bagian bunuhan (crib) dan terperangkaplah. Bagian sayap atau
kaki berfungsi sebagai penghalang atau tepatnya berfungsi untuk mempercepat
jalannya ikan masuk ke dalam badan atau kamar-kamar sero.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar