Rabu, 15 April 2015

LAPORAN CRUSTACEA KAB LEBAK

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan terletak diantara samudra Fasifik dan samudra Hindia dan mempunyai tatanan geografi laut yang sangat sulit dilihat dari topografi dasar lautnya. Hampir semua dasar laut dapat di temukan seperti paparan, lereng dan cekungan yang berupa basin dan palung. Bentuk dasar yang majemuk tersebut beserta lingkungan air di atasnya memberi kemungkinan munculnya keanekaragaman hayati yang tinggi, dengan sebaran yang luas, baik secara vertikal maupun secara horisontal (Romimohartanto dan Juwana., 2001).
Di dunia ini terdapat lebih dari satu juta spesies hewan yang sudah teridentifikasi. Dalam kehidupan sehari-hari kita lebih banyak menjumpai hewan vertebrata daripada avertebrata, tetapi sebenarnya jumlah spesies vertebrata hanya 5% dan selebihnya merupakan avertebrata (Suwignyo, dkk., 2005).
Udang merupakan salah satu komoditas hasil perairan yang banyak digemari oleh setiap orang. Selain rasanya yang enak, kandungan gizi yang tinggi pun menyebabkan udang banyak dicari. Indonesia terkenal sebagai produsen udang di tingkat dunia, terutama udang windu, sebagai identitas udang Indonesia. Namun itu dulu, sekitar tahun 1990-an.
            Belakangan, identitas itu luruh seiring dengan menurunnya produksi udang di Indonesia. Berdasarkan data FAO, pada 2010, produksi udang Indonesia berada pada urutan ke-4 di dunia setelah China, Thailand dan Vietnam.

1.2.Tujuan
Tujuan di buatnya laporan ini adalah
1.      Mahasiswa mengetahui seberapa besar komoditas crustacea di Kabupaten Lebak.
2.      Mahasiswa dapat menganalisis komoditas crustacea di Kabupaten Lebak.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Tinjauan Pustaka
Ditinjau dari segi bentuk, ukuran, dan adaptasi lingkungan, hewan avertebrata air mempunyai keanekaragaman yang tinggi. Sementara dari segi ukuran dijumpai mulai dari yang berukuran mikron sampai meter, dari bentuk tubuh yang sederhana sampai yang kompleks. Dilihat dari lingkungan hidupnya, ada yang di darat, air tawar, air payau, air laut, bahkan ada yang di daerah ekstrim seperti danau garam.
Avertebrata air dapat didefinisikan sebagai hewan tidak bertulang belakang, yang sebagian atau seluruh daur hidupnya, hidup di dalam air. Berdasarkan keterangan tersebut, tentunya ada kaitan antara avertebrata air dengan perikanan yang keduanya berhubungan dengan lingkungan perairan. Bidang perikanan tidak hanya mencakup studi tentang perikanan saja, melainkan juga menyangkut seluruh kehidupan yang terdapat di dalam perairan, termasuk avertebrata. Semua kehidupan dalam perairan membentuk hubungan keterkaitan antara satu dengan yang lainnya, juga dengan lingkungan yang disebut ekosistem.
Phylum crustacea pada umumnya merupakan hewan akuatik. Kata crustacea berasal dari bahasa Latin, yaitucrusta yang berarti cangkang yang keras. Sifat umum dari kelas ini adalah kerangka luar keras yang terbuat dari kitin, yakni polisakarida majemuk yaitu suatu jenis karbohidrat. Cangkang dihasilkan oleh epidermis dan karena sifatnya yang tidak elastis jika mengeras, dimana tubuhnya ditinggalkan secara berkala untuk memungkinkan hewan tumbuh.
Pada dasarnya tubuh crustacea dapat dibedakan menjadi kepala, thorax, dan abdomen. Istilah somite,metamere atau body segments seringkali digunakan untuk menyatukan ruas tubuh. Tiap tiap ruas tubuk memiliki sepasang apendik (anggota badan) yang biramus dan jumlahnya banyak. Namun dalam evolusinya terjadi pengurangan jumlah apendik dan perubahan bentuk sesuai fungsinya            (Aslan,dkk  2010).
Pada kepala crustacea dewasa berturut-turut dari anterior ke posterior terdapat sepasang antenna pertama (antennules), sepasang antenna kedua (antenna), sepasang mandible mengapit mulut dan menutup bagian ventral mulut, sepasang maksila pertama dan sepasang maksila (maxilla) kedua. Bentuk mandible pendek dan tebal berfungsi untuk menggigit dan menggiling, maksila pertama dan maksila kedua menghilang, sedangkan padaostracoda maksila kedua hilang sama sekali. Tubuh crustacea seperti halnya arthropoda lain dilapisi kutila dan biasanya mengandung zat kapur baik pada epikutikula terdapat endapan garam-garam kalsium (Aslan, dkk 2010).
Hewan-hewan pada Phylum crustacea ini banyak ditemukan di darat, air tawar, dan laut, serta di dalam tanah. Hewan ini juga merupakan hewan yang paling banyak jenis atau macam spesiesnya, lebih kurang 75% dari jumlah keseluruhan spesies hewan di dunia yang telah diketahui (Aslan, 2010) Habitat kepiting rajungan dapat dikatakan beranekaragam dari daerah pantai berlumpur dengan rumput laut, di pulau-pulau karang, sampai pada air payau yang berdekatan dengan air laut. Kepiting rajungan sering terlihat berenang dekat permukaan dan dapat ditemukan pada kedalaman kurang dari 1 meter sampai 65 meter. Distribusi organisme ini cukup luas yakni dari daerah tropis hingga ke daerah beriklim dingin (Romimohtarto dan Juwana, 2001).












2.2.Komoditas Crustacea Kabpaten Lebak

Satuan :Ton
 Jenis ikan
Tahun
Kenaikan Rata-Rata
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2006 - 2011
2010 - 2011
BINATANG BERKULIT KERAS
 2.010,19
 2.072,60
    2.000
 2.008,60
    1.966
    2.160
1,6%
10%
Rajungan
  647,89
 673,60
     689
  619,20
     625
    643
0,0%
3%
Kepiting
     -
    -
     -
   -
     -
    -
-
-
Udang Barong
   7,59
   -
      -
   -
     0,4
    0,4
0%
0%
Udang Krosok
 13,90
 14,80
     5
   -
      -
     -
0%
0%
Udang Windu
 10,80
 7,70
      4
 12,20
      -
     -
7%
0%
Udang Putih/jerbung
 570,30
 595,20
     589
 564,60
     562
   637
2%
13%
Udang Dogol
      -
  -
      -
   5,60
     14
   2
0%
-84%
Udang Lainnya
 759,71
 781,30
     713
  807,00
    764
   877
3%
15%
Lainnya
    -
  -
      -
    -
      -
    -
-
-

Udang merupakan salah satu komoditas hasil perairan yang banyak digemari oleh setiap orang. Selain rasanya yang enak, kandungan gizi yang tinggi pun menyebabkan udang banyak dicari. Indonesia terkenal sebagai produsen udang di tingkat dunia, terutama udang windu, sebagai identitas udang Indonesia. Namun itu dulu, sekitar tahun 1990-an.
            Belakangan, identitas itu luruh seiring dengan menurunnya produksi udang di Indonesia. Berdasarkan data FAO, pada 2010, produksi udang Indonesia berada pada urutan ke-4 di dunia setelah China, Thailand dan Vietnam.
            Jika dilihat dari data diatas, pada tahun 2006 udang barong yang dihasilkan sebesar 7,59 ton. Kemudian pada tahun 2007 hingga tahun 2009 tidak ada udang barong yang dihasilkan. Setelah itu pada tahun 2010 sampai 2011 udang barong yang dihasilkan besarannya stabil, sekitar 0,4 ton.
            Namun, berbeda lagi dengan udang krosok, terlihat ada peningkatan pada tahun 2006-2007, dari 13,90 ton menjadi 14,80 ton. Namun terjdi penurunan drastis dari tahun 2007-2008 sebesar 9,80. Dan selanjutnya dari tahun 2008 hingga tahun 2011 tidak ada lagi komoditas udang krosok yang dihasilkan.
Udang Windu pada tahun 2006, yaitu 10,80ton cukup besar komoditasnya namun pada tahun 2007 sampai 2008 mengalami kemunduran yang sangat signifikan, dari 7,70ton sampai 4ton, kondisi ini sangat mris sekali, namun pada tahun 2009 mengalami kenaikan lagi menjadi 12,20ton, dan persentase dari 2006-2011 yaitu 7%.
Pada udang putih mengalami naik turun, seperti pada tahun 2006 yaitu 570,30ton, mengalami kenaikan pada tahun 2007, menjadi 595,20ton, namun pada tahun 2008 sampai tahun 2010 itu mengalami penurunan dari 589ton sampai 562ton, namun pada tahun 2011 mengalami kenaikan lagi yaitu menjadi 637ton, dan persentase dari tahun 2006 ke tahun 2011 yaitu 13%.
Pada udang dogol, komoditasnya mengalami keanikan pada tahun 2009 sampai 2010, yaitu dari 5,60ton sampai 14ton, namun mengalami penurunan pada tahun 2011 yaitu menjadi 2 ton, pertsentas dari 2010 sampai 2011 yaitu -84%.
Sedangkan pada jenis udang lainya mengalami naik turun, terbukti pada tahun 2006 sampai 2007 mengalami kenaikan sedangkan ke tahun 2008 mengalami penurunan lagi, persentase 2010 – 2011 yaitu 13%.
















BAB 3
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari data dan pembahasan dapat di tarik kesimpulan bahwa, komoditas crustacea jenis udang itu merupakan komoditas yang sangat banyak dan menjanjikan di Kabupaten Lebak, apalagi jenis udang putih ini di kabupaten Lebak ini sangatlah bagus para namun mengalami penurunan produksi sedikit itu hal yang wadjar. Namun walaupun komoditas yang menjanjikan haruslah menjaga ekosistem agar komoditas udang ini tetap lestari.


3.2.             Saran
Komoditas udang dikabupaten Lebak sangatlah menjanjikan, harus tetap menjaga kelestarian udang supaya jangan overfishing, namun tetap harus ada pengawasan dari pihak intansi yang terkait.
















DAFTAR PUSTAKA


Suwignyo, B.W., Wardianto, Y., Krisanti, M. 2005. Avertebrata Air Jilid I. Penebar Swadaya. Bogor.
Wikipedia. 2010. Mollusca. http://id.wikipedia.org/wiki/Mollusca. Diakses tanggal 15 Desember  2012.
 Wikipedia. 2010.Crustasea. http://id.wikipedia.org/wiki/Udang. Diakses tanggal 15 Desember 2012.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar