BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan terletak diantara
samudra Fasifik dan samudra Hindia dan mempunyai tatanan geografi laut yang
sangat sulit dilihat dari topografi dasar lautnya. Hampir semua dasar laut
dapat di temukan seperti paparan, lereng dan cekungan yang berupa basin dan
palung. Bentuk dasar yang majemuk tersebut beserta lingkungan air di atasnya
memberi kemungkinan munculnya keanekaragaman hayati yang tinggi, dengan sebaran
yang luas, baik secara vertikal maupun secara horisontal (Romimohartanto dan
Juwana., 2001).
Di dunia ini terdapat lebih dari satu juta spesies
hewan yang sudah teridentifikasi. Dalam kehidupan sehari-hari kita lebih banyak
menjumpai hewan vertebrata daripada avertebrata, tetapi sebenarnya jumlah
spesies vertebrata hanya 5% dan selebihnya merupakan avertebrata
(Suwignyo, dkk., 2005).
Udang
merupakan salah satu komoditas hasil perairan yang banyak digemari oleh setiap
orang. Selain rasanya yang enak, kandungan gizi yang tinggi pun menyebabkan udang
banyak dicari. Indonesia terkenal
sebagai produsen udang di tingkat dunia, terutama udang windu, sebagai
identitas udang Indonesia. Namun itu dulu, sekitar tahun 1990-an.
Belakangan, identitas itu luruh
seiring dengan menurunnya produksi udang di Indonesia. Berdasarkan data FAO,
pada 2010, produksi udang Indonesia berada pada urutan ke-4 di dunia setelah
China, Thailand dan Vietnam.
1.2.Tujuan
Tujuan
di buatnya laporan ini adalah
1. Mahasiswa mengetahui seberapa besar komoditas
crustacea di Kabupaten Lebak.
2. Mahasiswa dapat menganalisis komoditas crustacea di
Kabupaten Lebak.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1.
Tinjauan Pustaka
Ditinjau dari segi bentuk, ukuran, dan adaptasi
lingkungan, hewan avertebrata air mempunyai keanekaragaman yang tinggi.
Sementara dari segi ukuran dijumpai mulai dari yang berukuran mikron sampai
meter, dari bentuk tubuh yang sederhana sampai yang kompleks. Dilihat dari
lingkungan hidupnya, ada yang di darat, air tawar, air payau, air laut, bahkan
ada yang di daerah ekstrim seperti danau garam.
Avertebrata air dapat didefinisikan sebagai hewan
tidak bertulang belakang, yang sebagian atau seluruh daur hidupnya, hidup di
dalam air. Berdasarkan keterangan tersebut, tentunya ada kaitan antara
avertebrata air dengan perikanan yang keduanya berhubungan dengan lingkungan
perairan. Bidang perikanan tidak hanya mencakup studi tentang perikanan saja,
melainkan juga menyangkut seluruh kehidupan yang terdapat di dalam perairan,
termasuk avertebrata. Semua kehidupan dalam perairan membentuk hubungan keterkaitan
antara satu dengan yang lainnya, juga dengan lingkungan yang disebut ekosistem.
Phylum crustacea pada
umumnya merupakan hewan akuatik. Kata crustacea berasal dari
bahasa Latin, yaitucrusta yang berarti cangkang
yang keras. Sifat umum dari kelas ini adalah kerangka luar keras yang
terbuat dari kitin, yakni polisakarida majemuk yaitu suatu jenis karbohidrat.
Cangkang dihasilkan oleh epidermis dan karena sifatnya yang tidak elastis jika
mengeras, dimana tubuhnya ditinggalkan secara berkala untuk memungkinkan
hewan tumbuh.
Pada dasarnya tubuh crustacea dapat
dibedakan menjadi kepala, thorax, dan abdomen.
Istilah somite,metamere atau body segments seringkali
digunakan untuk menyatukan ruas tubuh. Tiap tiap ruas tubuk memiliki sepasang
apendik (anggota badan) yang biramus dan jumlahnya banyak. Namun dalam
evolusinya terjadi pengurangan jumlah apendik dan perubahan bentuk sesuai
fungsinya (Aslan,dkk 2010).
Pada kepala crustacea dewasa
berturut-turut dari anterior ke posterior terdapat sepasang antenna pertama (antennules),
sepasang antenna kedua (antenna), sepasang mandible mengapit mulut dan
menutup bagian ventral mulut, sepasang maksila pertama dan sepasang maksila (maxilla)
kedua. Bentuk mandible pendek dan tebal berfungsi untuk menggigit dan menggiling,
maksila pertama dan maksila kedua menghilang, sedangkan padaostracoda maksila
kedua hilang sama sekali. Tubuh crustacea seperti halnya arthropoda lain
dilapisi kutila dan biasanya mengandung zat kapur baik pada epikutikula terdapat
endapan garam-garam kalsium (Aslan, dkk 2010).
Hewan-hewan pada Phylum crustacea ini
banyak ditemukan di darat, air tawar, dan laut, serta di dalam tanah. Hewan ini
juga merupakan hewan yang paling banyak jenis atau macam spesiesnya, lebih
kurang 75% dari jumlah keseluruhan spesies hewan di dunia yang telah diketahui
(Aslan, 2010) Habitat kepiting rajungan dapat dikatakan beranekaragam dari
daerah pantai berlumpur dengan rumput laut, di pulau-pulau karang, sampai pada
air payau yang berdekatan dengan air laut. Kepiting rajungan sering terlihat
berenang dekat permukaan dan dapat ditemukan pada kedalaman kurang dari 1 meter
sampai 65 meter. Distribusi organisme ini cukup luas yakni dari daerah tropis
hingga ke daerah beriklim dingin (Romimohtarto dan Juwana, 2001).
2.2.Komoditas Crustacea Kabpaten Lebak
Satuan
:Ton
|
||||||||
Jenis ikan
|
Tahun
|
Kenaikan
Rata-Rata
|
||||||
2006
|
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
2006 -
2011
|
2010 -
2011
|
|
BINATANG BERKULIT KERAS
|
2.010,19
|
2.072,60
|
2.000
|
2.008,60
|
1.966
|
2.160
|
1,6%
|
10%
|
Rajungan
|
647,89
|
673,60
|
689
|
619,20
|
625
|
643
|
0,0%
|
3%
|
Kepiting
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Udang Barong
|
7,59
|
-
|
-
|
-
|
0,4
|
0,4
|
0%
|
0%
|
Udang Krosok
|
13,90
|
14,80
|
5
|
-
|
-
|
-
|
0%
|
0%
|
Udang Windu
|
10,80
|
7,70
|
4
|
12,20
|
-
|
-
|
7%
|
0%
|
Udang Putih/jerbung
|
570,30
|
595,20
|
589
|
564,60
|
562
|
637
|
2%
|
13%
|
Udang Dogol
|
-
|
-
|
-
|
5,60
|
14
|
2
|
0%
|
-84%
|
Udang Lainnya
|
759,71
|
781,30
|
713
|
807,00
|
764
|
877
|
3%
|
15%
|
Lainnya
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Udang
merupakan salah satu komoditas hasil perairan yang banyak digemari oleh setiap
orang. Selain rasanya yang enak, kandungan gizi yang tinggi pun menyebabkan
udang banyak dicari. Indonesia terkenal
sebagai produsen udang di tingkat dunia, terutama udang windu, sebagai
identitas udang Indonesia. Namun itu dulu, sekitar tahun 1990-an.
Belakangan, identitas itu luruh
seiring dengan menurunnya produksi udang di Indonesia. Berdasarkan data FAO,
pada 2010, produksi udang Indonesia berada pada urutan ke-4 di dunia setelah
China, Thailand dan Vietnam.
Jika
dilihat dari data diatas, pada tahun 2006 udang barong yang dihasilkan sebesar
7,59 ton. Kemudian pada tahun 2007 hingga tahun 2009 tidak ada udang barong
yang dihasilkan. Setelah itu pada tahun 2010 sampai 2011 udang barong yang
dihasilkan besarannya stabil, sekitar 0,4 ton.
Namun,
berbeda lagi dengan udang krosok, terlihat ada peningkatan pada tahun
2006-2007, dari 13,90 ton menjadi 14,80 ton. Namun terjdi penurunan drastis
dari tahun 2007-2008 sebesar 9,80. Dan selanjutnya dari tahun 2008 hingga tahun
2011 tidak ada lagi komoditas udang krosok yang dihasilkan.
Udang
Windu pada tahun 2006, yaitu 10,80ton cukup besar komoditasnya namun pada tahun
2007 sampai 2008 mengalami kemunduran yang sangat signifikan, dari 7,70ton
sampai 4ton, kondisi ini sangat mris sekali, namun pada tahun 2009 mengalami
kenaikan lagi menjadi 12,20ton, dan persentase dari 2006-2011 yaitu 7%.
Pada
udang putih mengalami naik turun, seperti pada tahun 2006 yaitu 570,30ton,
mengalami kenaikan pada tahun 2007, menjadi 595,20ton, namun pada tahun 2008
sampai tahun 2010 itu mengalami penurunan dari 589ton sampai 562ton, namun pada
tahun 2011 mengalami kenaikan lagi yaitu menjadi 637ton, dan persentase dari
tahun 2006 ke tahun 2011 yaitu 13%.
Pada
udang dogol, komoditasnya mengalami keanikan pada tahun 2009 sampai 2010, yaitu
dari 5,60ton sampai 14ton, namun mengalami penurunan pada tahun 2011 yaitu
menjadi 2 ton, pertsentas dari 2010 sampai 2011 yaitu -84%.
Sedangkan
pada jenis udang lainya mengalami naik turun, terbukti pada tahun 2006 sampai
2007 mengalami kenaikan sedangkan ke tahun 2008 mengalami penurunan lagi, persentase
2010 – 2011 yaitu 13%.
BAB 3
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Dari
data dan pembahasan dapat di tarik kesimpulan bahwa, komoditas crustacea jenis
udang itu merupakan komoditas yang sangat banyak dan menjanjikan di Kabupaten
Lebak, apalagi jenis udang putih ini di kabupaten Lebak ini sangatlah bagus
para namun mengalami penurunan produksi sedikit itu hal yang wadjar. Namun
walaupun komoditas yang menjanjikan haruslah menjaga ekosistem agar komoditas
udang ini tetap lestari.
3.2. Saran
Komoditas udang
dikabupaten Lebak sangatlah menjanjikan, harus tetap menjaga kelestarian udang
supaya jangan overfishing, namun tetap harus ada pengawasan dari pihak intansi
yang terkait.
DAFTAR PUSTAKA
Suwignyo, B.W., Wardianto, Y., Krisanti, M. 2005. Avertebrata Air Jilid I.
Penebar Swadaya. Bogor.
Wikipedia. 2010. Mollusca. http://id.wikipedia.org/wiki/Mollusca. Diakses tanggal 15 Desember 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar