BAB
1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Indonesia
mempunyai perairan laut yang lebih luas dari pada daratan, oleh karena itu
Indonesia di kenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan
berbagai biota laut baik flora maupun fauna. Demikian luas serta keragaman
jasad– jasad hidup di dalam yang kesemuanya membentuk dinamika kehidupan di
laut yang saling berkesinambungan. (Supriadi, 2000).
Pada
tahun belakangan ini, perhatian terhadap biota laut semakin meningkat dengan
munculnya kesadaran dan minat setiap lapisan masyarakat akan pentingnya lautan.
Menurut Bengen (2001) laut sebagai penyedia sumber daya alam yang produktif
baik sebagai sumber pangan, tambang mineral, dan energi, media komunikasi
maupun kawasan rekreasi atau pariwisata. Karena itu wilayah pesisir dan lautan
merupakan tumpuan harapan manusia dalam pemenuhan kebutuhan di masa datang.
Rumput
laut (seaweed) secara biologi termasuk salah satu anggota alga yang merupakan
tumbuhan berklorofil. Rumput laut terdiri dari satu atau banyak sel, berbentuk
koloni, hidupnya bersifat bentik di daerah perairan yang dangkal, berpasir,
berlumpur atau berpasir dan berlumpur, daerah pasut, jernih dan biasanya
menempel pada karang mati, potongan kerang dan subtrat yang keras lainnya. Rumput laut bagi masyarakat yang
tinggal di sekitar pantai bukanlah barang yang baru lagi. Mereka telah mengenal
dan memanfaatkan dalam kehidupan
sehari-hari, baik sebagai bahan obat tradisional dan bahan makanan. Dengan
demikian berarti rumput laut mempunyai suatu bahan yang dapat dimanfaatkan
orang untuk kesehatannya. Dan dengan kemajuan teknologi dibidang penelitian
rumput laut, maka pemafaatan rumput laut bagi manusia tidak terbatas pada aspek
kesehatan, sudah menjalar kesegala bidang. (Indiarni dan Sumiarsih,
1992).
1.2. Tujuan
Adapun
tujuan dilakukannya observasi lapangan ini, yaitu
1. Untuk mengetahui
bagaimana teknik budidaya rumput laut jenis eucheuma
cotonii di desa Lontar.
2. Untuk mengetahui potensi rumput laut jenis eucheuma cotonii di desa Lontar.
BAB
2
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Deskripsi
Rumput Laut Eucheuma cottonii
Dalam dunia
tumbuh-tumbuhan sistematika rumput laut Eucheuma cottonii adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Solieracea
Genus : Eucheuma
Species : Eucheuma
cottonii
(Anonim, 2009).
Morfologi Rumput Laut Eucheuma cottonii
Ciri fisik Eucheuma cottonii adalah mempunyai
thallus silindris, permukaan licin, cartilogeneus. Keadaan warna tidak selalu
tetap, kadang-kadang berwarna hijau, hijau kuning, abu-abu atau merah.
Perubahan warna sering terjadi hanya karena faktor lingkungan. Kejadian ini
merupakan suatu proses adaptasi kromatik yaitu penyesuaian antara proporsi
pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan. Penampakan thalli bervariasi mulai
dari bentuk sederhana sampai kompleks. Duri-duri pada thallus runcing
memanjang, agak jarang-jarang dan tidak bersusun melingkari thallus.
Percabangan ke berbagai arah dengan batang-batang utama keluar saling
berdekatan ke daerah basal (pangkal). Tumbuh melekat ke substrat dengan alat
perekat berupa cakram. Cabang-cabang pertama dan kedua tumbuh dengan membentuk
rumpun yang rimbun dengan ciri khusus mengarah ke arah datangnya sinar matahari
(Aslan, 1998).
Kandungan dan manfaat Eucheuma cottonii
1.kandungan
sebagai sumber gizi rumput laut memiliki kandungan karbohidrat ( gula vegetable gum ) protein, tepung karaginan, dan sedikit kandungan lemak.
2. manfaat
manfaatnya rumput laut adalah :
1. pembentukan gel
2. sebagai bahan pengental
3.pengentrolan tekstur dan kelembapan.
1.kandungan
sebagai sumber gizi rumput laut memiliki kandungan karbohidrat ( gula vegetable gum ) protein, tepung karaginan, dan sedikit kandungan lemak.
2. manfaat
manfaatnya rumput laut adalah :
1. pembentukan gel
2. sebagai bahan pengental
3.pengentrolan tekstur dan kelembapan.
4. Bahan baku farmasi
Sebaran Rumput Eucheuma cottonii
Rumput
Laut atau alga tumbuh hampir diseluruh bagian hidrofis sampai batas kedalaman
sinar matahari masih dapat mencapainya beberapa jenis Rumput Laut hidupnya
kosmopolit,mendunia. Rumput Laut hidup sebagai fitobentho dengan menancapkan
dirinya pada subtrat lumpur,pasir dan seterusnya. Perkembangan Rumput Laut pada
dasarnya ada dua macam,yaitu secara kawin(generatif) antara gamet jantan dengan
gamet betina dan secara tidak kawin vegetatif,konjugatif dan peresponan.
Habitat Rumput Laut Eucheuma cottonii
Habitat rumpat laut adalah di sekitar pantai, di perairan
laut serta di dalam laut. Ini termasuk juga kawasan yang berpasir, berbatu
karang, berlumpur dan juga terdapat pada kulit kerang, pada kayu, pukat serta
tumbuh atas rumputi laut lain sebagai epifit (Trainor, 1978). Substrat adalah
tempat untuk rumput laut melekat daripada dihanyutkan oleh arus serta ombak
yang kuat. Substrat terdiri dari benda hidup atau bukan hidup bergantung kepada
jenis pelekap rumput laut. Contoh substrat ialah batu karang, tumbuhan laut, hewan
laut atau dasar laut seperti lumpur dan pasir.
Menurut Setchell (1926), rumput laut boleh tumbuh di atas
batu (epilit), di dalam batu (endolit), di atas tumbuhan (epifit), di dalam
tumbuhan (endofit), di atas hewan (epizoik), di dalam hewan (endozoik) atau di
atas lumpur (pelopil). Taburan rumput laut di sesuatu habitat dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Di antara faktor-faktor tersebut ialah cahaya, suhu, saliniti,
interaksi di antara hewan dan tumbuhan serta ombak dan arus (Trainor, 1997).
2.2. Budidaya Eucheuma cottonii
Persyaratan
perairan untuk budidaya eucheuma cottonii
Parameter kualitas air
Keberhasilan budidaya rumput laut sangatlah di tentukan oleh
parameter fisik perairan dan penentua lokasi ,ada beberapa syarat dalam
menentukan lokasi budidaya :
Ø Salinitas air berkisar antara 12 - 30 dan yang
ideal sekitar 15 - 25 .
Ø Suhu air berkisar antara 180o-300oC dan yang ideal
sekitar 200o-250oC.
Ø pH air dalam tambak berkisar antara 6-9 dan yang ideal sekitar 6,8-8,2.
Ø Air tidak mengandung lumpur sehingga kekeruhan (turbidity) air masih
memungkinkan bagi tanaman untuk menerima sinar matahari.
Sistem Budidaya Rumput Laut
Dalam
perkembangannya teknik budidaya rumput laut E cottonii. di
masing-masing daerah oleh masyarakat disesuaikan dengan kebiasaan dan kondisi
lokasi tersebut.
Secara umum
teknik budidaya rumput laut E cottonii. terdiri dari dua sistem
yaitu sistem lepas dasar dan sistem dasar (tebar). Sistem yang sering digunakan
yaitu sistem tebar karena prosesnya lebih cepat dan tidak memerlukan alat/bahan
yang sulit serta lebih ekonomis, rumput laut cukup ditebar di area tambak, yang
perlu dilakukan oleh pembudidaya yaitu memperhatikan sirkulasi air dalam
tambak. Dalam perkembangannya sistem ini telah berkembang lagi menjadi beberapa
metode, yaitu sistem apung, sistem rakit apung dan sistem jalur.
1. Sistem Dasar (Tebar)
Tahap awal
yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan budidaya E cottonii dengan
sistem dasar dalam tambak, antara lain adalah keadaaan tambak yang akan
digunakan (termasuk dasar tambak sebagai substrat), kualitas air dalam tambak
dan sekitarnya, serta bibit tanaman bagus, baik jenis dan kualitasnya.
2. Sistem Lepas Dasar (Patok)
Metode ini
merupakan perbaikan dari metode sebelumnya. Dimana pada daerah yang telah
ditetapkan (lokasi budidaya) dipasang patok-patok secara teratur berjarak
antara 50–100 cm. Pada sisi yang berlawanan dengan jarak 50–100 m juga diberi
patok dengan jarak yang sama. Satu patok dengan patok lainnya dihubungkan
dengan tali jalur yang telah berisi rumput laut tersebut. Pada jarak 3 meter
diberi pelampung kecil yang berfungsi untuk menggerakan tali tersebut setiap
saat agar tanaman bebas dari lumpur (adanya sedimentasi).
Penanaman
rumput laut dengan metode lepas dasar bersusun dua dilakukan dengan cara
pemasangan patok-patok (tiang kayu) pada dasar perairan dengan ketinggian
sekitar 100 cm dari dasar perairan. Tali utama direntangkan diantara dua patok
pada ketinggian pengikatan sekitar 30 cm di atas dasar perairan (susun pertama)
dan juga 30 cm dari susun pertama direntangkan tali utama (susun kedua). Tali
ris direntangkan pada tali utama dengan jarak antara tali ris sekitar 25–50 cm
sehingga jarak tanam antar ikatan tidak kurang dari 25 cm.
3. Sistem Rakit Apung
Metode ini
sering disebut metode rakit kotak, dibentuk dari empat buah bambu yang dirakit
sehingga berbentuk persegi panjang dengan ukuran 2,5-4 x 5-8 m. Pada rakit
tersebut dipasang tali pengikat rumput laut secara membujur dengan jarak 30 cm
kemudian rumput laut (bibit) diikat pada tali tersebut. Berat bibit yang
digunakan berkisar antara 50-100 gram. Setelah rumput diikat maka rakit
tersebut ditarik dan ditempatkan pada lokasi yang telah ditetapkan dengan
menggunakan dua buah jangkar pada kedua ujung rakit tersebut dengan kedalaman
perairan berkisar antara 0,5–10 meter.
4. Sistem Apung (Metode Long Line)
Konstruksi
metode ini semuanya terbuat dari tali PE. Adapun teknik pembuatan konstruksinya
sebagai berikut :
a. Menyiapkan tali PE Ø 10 mm sebagai tali jangkar. Kedua ujung tali tersebut
dihubungkan kemudian dirancang hingga berbentuk persegi panjang berukuran 100 x
30 m. Pada keempat sudut dilengkapi dengan empat buah pelampung yang berfungsi
mempertahakan konstruksi agar tetap berada pada permukaan air.
b. Agar konstruksi tersebut tetap pada posisi yang diharapkan maka pada
keempat sudut yang sama diikatkan tali PE Ø 8 mm sebagai tali jangkar yang
dilengkapi dengan enam buah jangkar.
c. Setelah selesai menyiapkan konstruksi maka tahap berikutnya adalah
menyiapkan tali jalur yang terbuat dari tali PE Ø 4 mm. Tali tersebut dipotong
30 m sesuai dengan panjang konstruksi.
d. Pada satu tali jalur dipasang 120 tali PE Ø 2 mm coban (tali titik)
berjarak 25 cm yang berfungsi sebagai tempat mengikat bibit yang akan
digunakan. Bibit yang digunakan adalah tanaman muda dari hasil budidaya.
e. Sebelum diikat bibit tersebut dipotong agar ukurannya sesuai dengan bobot
yang dikehendaki. Untuk mengetahui perkembangan tanaman, ditentukan beberapa
sampel dengan berat rata-rata 100 gram kemudian setiap minggu dilakukan
penimbangan sampel tersebut.
5. Sistem Jalur (Metode Kombinasi)
Metode ini
merupakan kombinasi antara metode rakit dan metode long line. Kerangka metode
ini terbuat dari bambu yang disusun sejajar, pada kedua ujung setiap bambu
dihubungkan dengan tali PE Ø 8 mm sehingga membentuk persegi panjang dengan
ukuran 5x7 m. perpetak. Satu unit metode ini terdiri dari 7–8 petak dan pada
kedua ujung setiap unit diberi jangkar. Kegiatan penanaman diawali dengan
mengikat bibit rumput laut ke tali jalur yang telah dilengkapi tali PE Ø 2 mm.
Setelah bibit diikat pada tali jalur maka tali jalur tersebut dipasang pada
kerangka yang telah tersedia dengan jarak tanam yang digunakan minimal 25x30 cm.
Hama Pada
Saat Budidaya Rumput Laut Eucheuma cotonii
Organisme Pengganggu; Lokasi
budidaya diusahakan pada perairan yang tidak banyak terdapat organisme pengganggu
misalnya ikan beronang, bintang laut, bulu babi dan penyu serta tanaman
penempel.
Teknik panen Rumput Laut Eucheuma
cotonii
1.
Pemanenan
Rumput laut
yang sudah siap panen yang dibudidayakan dengan metode rumpon (tali), dipanen
dengan cara menarik rumpon ke pinggir pantai. Rumput laut dilepas dari
ikatannya, dipetik pucuknya untuk ditanam kembali, diikat lagi pada rumpon
sebagai tanaman baru. Umur panen yang optimum adalah 40-45 hari, hal ini sangat
disarankan karena pada umur tanaman tersebut kandungan karagenannya sangat
optimum.
2.
Pencucian dan Perendaman
Pemanenan
sebaiknya dilakukan mulai siang hari. Hasil panen dicuci air laut untuk
menghilangkan kotoran yang melekat seperti lumpur, garam, dan lain lain,
sehingga rumput laut menjadi bersih. Selanjutnya rumput laut langsung direndam
larutan alkali KOH 0,1% sampai terendam dan dibiarkan kontak dengan alkali
semalaman. Tujuan perendaman dengan menggunakan larutan alkali adalah untuk
mendapatkan karagenan yang maksimal. Tahapan selanjutnya pagi harinya rumput
laut diangkat dan dicuci dengan air tawar sampai bersih dan netral.
2.3
Pasca Panen dan Pengolahan Eucheuma
cotonii
1.
Pengeringan dan Sortasi
Rumput laut
yang sudah netral dikeringkan dengan penjemuran, dapat dilakukan disekitar
pantai sampai mencapai kekeringan tertentu (optimum) biasanya 20-30%. Alas
pengering yang sederhanan adalah dengan bahan plastik, agar cepat kering dan
lebih bersih, dapat pula dengan pengeringan solar yang dipadu kompor.dan untuk
menjaga mutu pengeringan harus dikeringkan diatas para para.
2.Pengayakan
Setelah proses pengeringan, pekerjaan dilanjutka dengan tahap pengolahan berikutnya, yaitu pengayak cu Tahap ini bertujuan untuk memisahkan kotoran yan berupa pasir yang masih menempel. Proses air dikerjakan dengan menggunakan mesin pengayak
Setelah proses pengeringan, pekerjaan dilanjutka dengan tahap pengolahan berikutnya, yaitu pengayak cu Tahap ini bertujuan untuk memisahkan kotoran yan berupa pasir yang masih menempel. Proses air dikerjakan dengan menggunakan mesin pengayak
3.Pengepresan
Proses pengolahan terakhir sebelum rumput laut dikirim ke luar negeri adalah pengepresan yaitu dalarr bentuk briket. Pada saat pengepresan disemprotkan KelI yang berkomposisi kalium, soda, yodium dengar konsentrasi 0,5%. Alat pengepres rakitan
Proses pengolahan terakhir sebelum rumput laut dikirim ke luar negeri adalah pengepresan yaitu dalarr bentuk briket. Pada saat pengepresan disemprotkan KelI yang berkomposisi kalium, soda, yodium dengar konsentrasi 0,5%. Alat pengepres rakitan
4.
Pengemasan dan
Penyimpanan
Setelah
rumput laut kering dilakukan pengemasan dengan karung net atau plastik. Untuk
lebih efisien tempat rumput laut kering dapat dipress (cetak) menjadi bentuk
kotak-kotak padat per Kg atau 5 kg sehingga pengemasan selanjutnya menjadi
lebih efisien dalam kotak-kotak kayu.dan dijaga agar sirkulasi udara baik. Hal
ini disebabkan apabila sirkulasi udara dalam ruangan dan kemasan tidak baik,
maka akan terjadi proses fermentasi , rumput laut menjadi apek dan timbul
kapang/jamur. Yang akibatnya akan menurunkan mutu rumput laut.
Bentuk – bentuk pengolahan Rumput
Laut Echeuma cotonii
1.
Dodol rumput laut
2.
Manisan rumput laut
3.
Kerupuk pangsit rumput laut
BAB 3
METODOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat
Adapun
fieldtrip mata kuliah komoditas dan penanganan hasil perairan ini di laksanakan
di Desa Lontar Serang Banten, pada tanggal 08 Desember 2012, pada pukul 08.00
sampai dengan selesai.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Metode
pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan cara wawancara kepada para petani rumput
laut, yaitu kepada bapak Asmawi, dan sedangkan untuk mencari data seperti Ph,
DO,suhu, Salinitas, Arus, dan Kecerahan,yaitu dengan cara turun langsung ke
perairan.
3.3 Prosedur Kerja
Pada saat di lapangan, dalam satu
kelompok di bagi ke dalam dua kubu, kubu yang pertama, yaitu mencari data atau
mewawancarai para petani rumput laut, sedagkan untuk kubu yang kedua, yaitu
terjun langsung ke perairan untuk mengukur antaralain :
1.
Suhu
Memasukan
ujung termometer kedalam perairan, menunggu kurang lebih 3 menit, dan mencatat nilai suhu yang
ditunjukan pada thermometer.
2.
pH
Menyambungkan kabel kedalam
port on/off
untuk menyalakan, menunggu sampai stabil (bunyi dan tanda bunyi disebelah kiri
dibawah layar) sebelum melakukan pengukuran melakukan terlebih dahulu kalibrasi
(menggunakan 2-3 larutan buffer, tekan cal untuk permintaan kalibrasi, memilas
electrode dengan aquades, mencelupkan
electrode dengan buffer, menekan read/enter menunggu beberapa saat hingga
stabil) untuk pengukuran, mengambil samplel air memasukan electrode (hanya
sensor elekrodenya).
3.
Salinitas
Menyiapkan alat, penutup
dibuka tempat diteteskan air, melakukan kalibrasi terlebih dahulu (ditetesi
aquades, kemudian dilap dengan tisu), meneteskan air pada tempat diteteskannya
sampel air, menutup kembali penutupnya, melihat hasilnya melalui teropong pada
pangkal alat (memastikan cahaya cukup terang).
4.
Kecerahan
Secchidisk diturunkan perlahan di perairan, catat
kedalaman saat sechidisk tidak terlihat, tarik perlahan sechidisk hingga
terlihat kembali, kemudian mencatat hasilnya.
5.
Kecepatan
Arus
Meletakan transek pada
permukaan perairan, melepaskan bola pingpong
dari ujung
transek, kemudian mencatat waktu yang dibutuhkan bola pingpong untuk sampai ke
ujung transek yang lain.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
a. Wawancara
Bapak Asmawi adalah pembudidaya rumput laut, pada
tahun 2009 adalah awal pembudidayaan rumput laut di daerah lontar kabupaten
serang. Adanya penyuluhan dari dinas kelautan dan perikanan pada masyarakat di
lontar maka adanya pemberdayaan masyarakat untuk membudidayakan rumput laut di
daerah lontar. Hampir seluruh keluarga menjadi pembudidaya rumput laut. Adapun
jenis rumput laut yang dibudidayakan adalah jenis rumput laut Euchema cottonii.
Setelah dilakukannya observasi oleh pihak dinas
kelautan dan perikanan maka untuk biaya-biaya di tanggung oleh pemerintah.para
petani rumput laut sebagai pembudidaya dan memproduksi rumput laut yang telah
diberi pengarahan terlebih dahulu sebelum melakukan budidaya d lahan budidaya.
Sebelum dilakukan
penanaman rumput laut dilakukan survai dan observasi perairan terlebih dahulu
maka di dapat suhu : 31ºC dengan pH 8,06 dan salinitas 25,5 º/00, untuk
kecerahan untuk bisa budidaya berkisr 60 dengan arus yang tidak begitu kencang
dan bergelombang tinggi karena akan merusak tanaman rumput laut yang masih
kecil. Untuk budidaya rumput laut perairan yang bagus adalah perairan yang
tenang. Untuk kedalaman sekitar 8,72 cm dan DO 7,77 ppm.
Para nelayan biasanya
menggunakan bibit yang bagus sebanyak 1 kg sama dengan 1 ton untuk 1 ikat atau
1 ikat dapat dijadiakan 5 bibit.
peralatann budidaya
tidaklah sulit yang paling utama digunakan dan dibutuhkan adalah bambu dan
benang serta tambang sebagai pengikat bibit rumput laut tambah pak Asmawi.
Untuk pembibitan selama
25 hari penanaman, rumput laut yang yang layak menjadi bibit adalah runcing
tidak kasar/halus. Untuk penanaman lebih dari 25 hari tidak dapat
dijadikan sebagai bibit. Adapun metode yang dugunakan dalam penanaman rumput
laut adalah metode Longline yaitu menggunakan bambu dan tali yang panjang dan
metode Apung yaitu menggunakan pelampung yaitu berupa kompan-kompan besar.
Peralatan
untuk budidaya sangatlah mudah didapat seperti bambu dan benang ris, tali
tambang, perahu dan jaring, ukurannya berbeda-beda dengan tali tambang yang
berukuran 9 mm (sebagai tali utama). Tali tambang 4mm (sebagai tali kedua).
Tali tambang untuk mengikat rumput laut. Patok bambu/kayu dan pemberat batu
karang (sebagai jangkar), pisau perahu.
Umur panen untuk rumput
laut adalah sekitar 45 hari sudah siap di panen. Menurut pak Asmawi hasil panen
dapat menmcapai 5- 7 ton. Namun dalam saat penanaman selalun di
temukan hambatn seperti air kotor, golombang yang tinggi yang dapat merusak
rumput laut dan adanya angin barat daya yang kurang baik untuk proses penanaman
rumput laut. Terkadang pada musim kemarau ada penyakit menyerang
rumput laut itu pun salah satu menjadi penghambat.
Dari
hasil wawancara dengan bapak Asmawi di ketahui bahwa rumput laut memiliki nilai
jual yang tinggi karena permintaan pun cukup banyak. Hasil panen rumput laut
dijual ke pabrik-pabrik, dan dikirim keluar kota serang salah satunya adalah
lampung. Menurut pak Asmawi pun kelompok pembudidaya rumput laut di daerah
lontar ini sudah mencapai 200 kelompok yang kebetulan diketuai oleh bapak
Asmawi sendiri.
4.2 Pembahasan
a. Budidaya Rumput Laut
Sebelum melakukan budidaya rumput laut sebaiknya
memilih lokasi untuk mengetahui layak atau tidaknya lokasi, terutama pergerakan
arusnya. Setelah itu membuat perlindungan untuk menahan gelombang yang tinggi.
Lokasi perairan budaya rumput laut memerlukan suhu perairan ± 25º C dengan
kedalaman 50 cm agar tidak terkena sinar matahari.
Untuk bibit rumput laut diperoleh dari rumput laut yang telah ditanam
selama 25-30 hari, dipilih ujung thallus yang runcing dan halus. Ditanam mulai
tanggal 30, Saat mau menanam harus memerlukan 2 lokasi, yang lokasi pertama
kosong dan lokasi kedua untuk ditanam rumput laut.
Peralatan yang digunakan dalam budidaya rumput laut adalah bambu di
bentuk persegi dengan ukuran 40 x 40 m, dan tali untuk menjadi tambang utama.
Teknis Budidaya yang
digunakan oleh nelayan rumput laut di Desa Lontar adalah metode lepas dasar.
Perawatan yang dilakukan adalah ombak, pengontrolan tiga hari sekali untuk
melihat ada kotoran yang menempel pada rumput laut atau tidak. Karena bila
terdapat kotoran hingga menempel pada rumput laut bisa menyebabkan penyakit
pada rumput laut, misalnya penyakit bulu batu. Jika pertumbuhannya bagus tidak
ada kotoran pengontrolan tidak perlu dilakukan. Umur panen selama 45 hari dengan
berat 1 ikatan sakitar 4-5 ons hal itu disesuaikan dengan pertumbuhan rumput
laut. Sedangkan untuk pembibitan sebaiknya 1 kg untuk 1 ikat menjadi satu ons.
Analisis usaha yang dilakukan adalah menjadi pusat Pelatihan Mandiri Kelautan
Perikanan agar masyarakat tidak ada yang menganggur.
b.
Penanganan Pada Saat Panen
Tahap-tahap penanganan
pada saaat panen adalah dengan cara penjadwalan. Cara penjadwalan dilakukan
untuk menghindari umur rumput laut yang masih muda agar hasinya bagus saat
ditangan konsumen itu dicuci hingga
bersih, difermentasi selama tiga hari, kemudian cuci kembali rumput laut, aduk
dengan air kapur kemudian jemur di bawah sinar matahari.
Kendala penanganan saat panen adalah ketike air laut pasang maka panen ditunda dan ketika dipabrik karena mereka menguji rumput laut yang mana yang bagus dan mana yang tidak.
Kendala penanganan saat panen adalah ketike air laut pasang maka panen ditunda dan ketika dipabrik karena mereka menguji rumput laut yang mana yang bagus dan mana yang tidak.
c.
Penanganan Pasca Panen
Melakukan pasca panen ini dilakukan ditempat dan langsung dijual kepada
pengepul, sesudah dijual, diolah oleh pengepul mulai dari perawatan, pencucian,
perendaman, dan penjemuran sampai dengan produksi, di lakukan oleh Pak Asmawi
dengan para karyawannya. Dengan sekali panen mencapai 2 ton sampai dengan 5
ton.
d.
Pengolahan Produk Rumput Laut
Jenis produk yang di
produksi adalah olahan dodol rumput laut, bahan baku ynag digunakan rumput laut
tawar yang dikeringkan. Bahan tambahan yang digunakan adalah tepung ketan dan
vanili untuk menghilangkan bau pada rumput laut. Tahapan proses produksinya
adalah rumput laut dicuci bersih, rebus denan air mendidih haluskan sampai
lembut kemudian aduk-aduk rumput laut agar tidak gosong. Campurkan dengan
tepung ketan. Setelah itu dinginkan dan siap dikemas. Harga produk dodol rumput
laut Rp. 5000,00/pack isi 10 dodol. Pemasaran produk ke daerah Lontar, Serang,
Cilegon, dan Tanggerang.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari observasi lapangan mata kuliah komoditas dan
penanganan hasil perairan
tentang teknik budidaya di lontar serang adalah jenis rumput laut yang di
budidaya adalah rumput laut Echeuma
cottonii, metode yang
digunakan adalah metode Longline yaitu metode menggunakan bambu dan tali panjang
dan metode apung yaitu menggunakan pelampung atau kompan.
Rumput laut dipanen
setelah 40-45 hari penanaman dan untuk bibi hanya sampai 25 hari jika lebih
Dari 25 hari rumput laut tidak dapat di jadikan bibit. Hasil panen rumput laut dijual
ke pabrik-pabrik sampe kluar kota seperti lampung, rumput laut yang dijual
berupa rumput laut kering yang sudah di jemur. Didaerah lontar pembudidaya
rumput laut sudah mencapai 200 kelompok.
Hasil
pengolahan produk rumput laut adalah dodol rumput laut yang akan dipasarkan ke
daerah serang bahkan luar kota. Dalam pembudidayan rumput laut sering dijumpai
hambatan berupa gelombang yang tinggi dan adanya penyakit yang menyerang rumput
laut pada saat musim kemarau.
5.2 Saran
Untuk pembudidaya rumput laut lebih meningkatkan kualitas rumput laut
agar permintaan tidak menurun. Untuk pemerintah sering lakukan pengontrolan dan
penyuluhan kepada para petani rumput laut agar rumput laut yang dihasilkan
ttetapmberkualitas dan permintan tetap tinggi.
DAFTAR
PUSTAKA
http://perikananunram.blogspot.com/2011/06/laporan-manisan-kering-rumput-laut.html,
diakses 16, 12, 2012.
http://fom-s.blogspot.com/2012/07/laporan-praktikum-budidaya-laut-rumput.html,
diakses 16, 12, 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar