LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KUALITAS
AIR
PENGUKURAN AMMONIA PERAIRAN
DENI SAPUTRA
4443110373
JURUSAN
PERIKANAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SULTAN AGENG TIRTAYASA
2
0 1 4
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Kualitas
Air
Kualitas air adalah kondisi kalitatif air yang diukur dan atau di uji
berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 115 tahun 2003). Kualitas air dapat dinyatakan dengan
parameter kualitas air. Parameter ini meliputi parameter fisik, kimia, dan
mikrobiologis(Masduqi,2009).
Menurut
Acehpedia (2010), kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian
tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang dilakukan adalah uji kimia,
fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna). Pengelolaan kualitas air
adalah upaya pemaliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan
sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kondisi air tetap dalam kondisi
alamiahnya.
1.2 Parameter-parameter
kualitas air yang penting bagi perikanan
1.2.1. Parameter Fisika
a.
Suhu
Menurut Nontji (1987), suhu air
merupakan faktor yang banyak mendapat perhatian dalam pengkajian- pengkajian
kaelautan. Data suhu air dapat dimanfaatkan bukan saja untuk mempelajari
gejala-gejala fisika didalam laut, tetapi juga dengan kaitannya kehidupan hewan
atau tumbuhan. Bahkan dapat juga dimanfaatkan untuk pengkajian meteorologi.
Suhu air dipermukaan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi. Faktor- faktor
metereolohi yang berperan disini adalah curah hujan, penguapan, kelembaban
udara, suhu udara, kecepatan angin, dan radiasi matahari.
Suhu mempengaruhi aktivitas
metabolisme organisme, karena itu penyebaran organisme baik dilautan maupun
diperairan tawar dibatasi oleh suhu perairan tersebut. Suhu sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan kehidupan biota air. Secara umum, laju pertumbuhan
meningkat sejalan dengan kenaikan suhu, dapat menekan kehidupan hewan budidaya
bahkan menyebabkan kematian bila peningkatan suhu sampai ekstrim(drastis)(Kordi
dan Andi,2009).
b. Kecerahan
Kecerahan adalah parameter fisika
yang erat kaitannya dengan proses fotosintesis pada suatu ekosistem perairan.
Kecerahan yang tinggi menunjukkan daya tembus cahaya matahari yang jauh kedalam
Perairan.. Begitu pula sebaliknya(Erikarianto,2008).
Menurut Kordi dan Andi (2009),
kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan kedalam air dan dinyetakan
dalam (%). Kemampuan cahaya matahari untuk tembus sampai kedasar perairan
dipengaruhi oleh kekeruhan (turbidity) air. Dengan mengetahui kecerahan suatu
perairan, kita dapat mengetahui sampai dimana masih ada kemungkinan terjadi
proses asimilasi dalam air, lapisan-lapisan manakah yang tidak keruh, yang agak
keruh, dan yang paling keruh. Air yang tidak terlampau keruh dan tidak pula
terlampau jernih, baik untuk kehidupan ikan dan udang budidaya.
1.2.2. Parameter
Kimia
a. DO / Oksigen terlarut
Menurut Wibisono (2005), konsentrasi
gas oksigen sangat dipengaruhi oleh suhu, makin tinggi suhu, makin berkurang
tingkat kelarutan oksigen. Dilaut, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen / DO)
berasal dari dua sumber, yakni dari atmosfer dan dari hasil proses fotosintesis
fitoplankton dan berjenis tanaman laut. Keberadaan oksigen terlarut ini sangat
memungkinkan untuk langsung dimanfaatkan bagi kebanyakan organisme untuk
kehidupan, antara lain pada proses respirasi dimana oksigen diperlukan untuk
pembakaran (metabolisme) bahan organik sehingga terbentuk energi yang diikuti
dengan pembentukan Co2 dan H20.
Oksigen yang diperlukan biota air
untuk pernafasannya harus terlarut dalam air. Oksigen merupakan salah satu
faktor pembatas, sehinnga bila ketersediaannya didalam air tidak mencukupi
kebutuhan biota budidaya, maka segal aktivitas biota akan terhambat. Kebutuhan
oksigen pada ikan mempunyai kepentingan pada dua aspek, yaitu kebutuhan
lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang terandung pada
metabolisme ikan(Kordi dan Andi,2009).
b. Ammonia
Menurut Andayani(2005), sumber amonia dalam air kolam
adalah eksresi amonia oleh ikan dan crustacea. Jumlah amonia yang
dieksresikan oleh ikan bisa diestimasikan dari penggunaan protei netto(
Pertambahan protein pakan- protein ikan) dan protein prosentase dalam pakan
dengan rumus :
Amonia –
Nitrogen (g/kg pakan) = (1-0- NPU)(protein+6,25)(1000)
Keterangan
: NPU : Net protein Utilization /penggunaan protein netto
Protein
: protein dalam pakan
6,25
: Rati rata-rata dari jumlah nitrogen.
Makin
tinggi pH, air tambak/kolam, daya racun amnia semakin meningkat, sebab sebagian
besar berada dalam bentuk NH3, sedangkan amonia dalam molekul (NH3) lebih
beracun daripada yang berbentuk ion (NH4+). Amonia dalam bentuk molekul dapat
bagian membran sel lebih cepat daripada ion NH4+ (Kordi dan Andi,2009).
c.
pH
Menurut
Andayani(2005), pH adalah cerminan derajat keasaman yang diukur dari jumlah ion
hidrogen menggunakan rumus pH = -log (H+). Air murni terdiri dari ion H+dan
OH- dalam jumlah berimbang hingga Ph air murni biasa 7. Makin banyak
banyak ion OH+ dalam cairan makin rendah ion H+ dan makin tinggi pH.
Cairan demikian disebut cairan alkalis. Sebaliknya, makin banyak H+makin rendah
PH dan cairan tersebut bersifat masam. Ph antara 7 – 9 sangat memadai kehidupan
bagi air tambak. Namun, pada keadaan tertantu, dimana air dasar tambak memiliki
potensi keasaman, pH air dapat turun hingga mencapai 4.
pH
air mempengaruhi tangkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad
renik. Perairan asam akan kurang produktif, malah dapat membunuh hewan
budidaya. Pada pH rendah( keasaman tinggi), kandungan oksigan
terlarut akan berkurang, sebagai akibatnya konsumsi oksigen menurun, aktivitas
naik dan selera makan akan berkurang. Hal ini sebaliknya terjadi pada suasana
basa. Atas dasar ini, maka usaha budidaya perairan akan berhasil baik dalam air
dengan pH 6,5 – 9.0 dan kisaran optimal adalah ph 7,5 – 8,7(Kordi dan
Andi,2009).
1.3 Dampak
ammonia bagi perikanan
Secara
spesifik, pencemaran yang dikarenakan tingginya kandungan amoniak terhadap
perairan darat akan mengakibatkan keracunan pada ikan. Hal ini disebutkan oleh
IPB dalam Davis et al. (1991) tingginya kandungan amonia
dalam air dapat menyebabkan penurunan kualitas badan air yang disebut dengan eutrofikasi dan
terdapat tiga alasan mengapa nitrogen berlebih mempunyai efek merugikan terhadap
lingkungan perairan yaitu :
(1) pada konsentrasi nitrogen tinggi, NH4-N bersifat
racun terhadap ikan,
(2) jika NH4-N dalam konsentrasi rendah, NO3-N bertindak
sebagai nutrien untuk pertumbuhan ganggang secara eksesif,
(3) konversi dari NH4-N menjadi NO3-N menggunakan
sejumlah besar oksigen terlarut.
Karena penurunan dari kualitas badan
air yang disebut dengan eutrofikasi tersebut, berdampak pada
biota – biota laut seperti ikan. Apabila ikan – ikan tersebut termakan oleh
manusia akan berdampak buruk, seperti keracunan.
Keracunan pada ikan dapat disebabkan
juga oleh sisa – sisa makanan yang tidak termakan oleh ikan dan terurai di
dalam air menjadi nitrit, nitrat,dan amoniak seperti disebutkan oleh Claude
E.Boyd (2007) : “Nitrit masuk ke sistem budidaya ikan setelah pakan dicerna
oleh ikan, dan nitrogen berlebih dirubah dalam bentuk amonia yang kemudian
dikeluarkan sebagai kotoran dalam air. Total Amonia Nitrogen (TAN: NH3; NH4+,
dirubah alam bentuk nitrit (NO2) yang padAa kondisi normal, dengan cepat
dirubah menjadi non toxic nitrat (NO3) oleh bakteri secara alami.
Pakan yang tidak termakan dan material organik lainnya juga terurai
menjadi amonia, nitrit dan nitrat dalam proses yang sama.
Claude E.Boyd juga mengatakan bahwa
dampak pencemaran amoniak, nitrit, dan nitrat dapat menyebabkan penyakit darah
coklat atau Brown Blood Disease pada ikan.“Penyakit darah coklat (Brown Blood
Disease) terjadi pada ikan ketika air mengandung konsentrasi nitrit yang
tinggi. Nitrit masuk kedalam aliran darah melalui insang dan mengubah darah
menjadi berwarna coklat. Hemoglobin yang membawa oksigen dalam darah bereaksi
dengan nitrit membentuk methomoglobin yang tidak mampu membawa
oksigen. Brown blood tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah yang
cukup dan ikan dapat mati meskipun konsentrasi oksigen cukup di
air.
Jadi, amoniak atau zat – zat kimia
yang banyak mengandung nitrit maupun nitrat dapat menyebabkan keracunan pada
ikan seperti penyakit darah coklat atau Brown Blood Disease. Keracunan pada
ikan ini tentu saja akan mengakibatkan kerugian baik secara financial maupun
kerusakan ekosistem biota perairan darat secara keseluruhan.
BAB 2
METODOLOGI
2.1.
Waktu dan Tempat
Praktikum
pengukuran ammonia ini dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 08 mei, 05 juni,
dan 12 juni 2014, yang bertempat laboratorium Tekhnologi Pengolahan Hasil
Perairan, Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
2.2.
Alat dan Bahan
Adapun
alat dan bahan yang di gunakan dalam praktikum pengukuran ammonia ini adalah,
sebagai berikut, air akuasqape di laboratorium Budidaya Perairan, ammonia
klorida, limbah ammonia, fenol, alkalin sitrat, larutan hippo cloride,
aquadest, Na Nitropusato, tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet, pipet bulp,
botol sampel, plastik press, lemari asam, spektrofotometer, dan label.
2.3.Prosedur
:
-
Prosedur Pengambilan Sampel Air
Adapun
prosedur pengambilan sampel adalah sebagai berikut :
Siapkan alat – alat pengambilan
sampel yang sesuai dengan keadaan sumber air
Alat – alat tersebut
dibilas sebanyak tiga kali dengan air yang akan diambil
Dilakukan pengambilan
sampel sesuai dengan keperluan
Jika pengambilan
dibeberapa titik maka volume sampel harus sama
Dalam pengambilan
sampel sebaiknya menggunakan alat – alat yang baru
Setelah pengambilan
sampel sebaiknya segera di analisis
-
Prosedur Pengukuran Ammonia di
Laboratorium
Adapun prosedur
pengukuran ammonia di laboratorium adalah sebagai berikut:
Buat
lauran standar ammonia, 0,05 ppm, 0,1 ppm, 0,2 ppm, 0,5 ppm, 1,0 ppm.
Buat larutan oksidasi
yaitu, alkalin sitrat 10 ml dan larutan hippocloride 2,5 ml.
Masukan sampel ke dalam
lima tabung reaksi, masing - masing sebanyak 10 ml
Masukan reggen kedalam
semua larutan satandar ammonia dan kesemua sampel yaitu, fenol 0,4 ml, Na
Niropussitro 0,4 ml, dan lauran oksidasi sebanyak 1 ml.
Lalu
amati perubahan warna pada sampel dan larutan standar ammonia (berwarna biru)
tunggu hingga satu jam. Jika perubahan tersebut sangat pekat maka menandakan
bahwa sampel kandungan ammonianya tinggi, begitupun sebaliknya.
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.
Hasil Pengukuran
Adapun
hasil yang di dapat pada praktikum kualitas air tentang “Pengukuran Ammonia
Perairan” ini sebagai berikut :
No.
|
Kelompok
|
Konsentrasi larutan
(%)
|
Standar Absorban
(nm)
|
Volume
(ml)
|
|
1
|
4
|
5
|
0,119
|
1
|
|
2
|
2
|
10
|
0,251
|
1
|
|
3
|
3
|
20
|
0,707
|
1
|
|
4
|
1
|
50
|
1,236
|
1
|
|
5
|
1
|
100
|
1,504
|
1
|
|
Sampel Absorban (Limbah Ammonia)
|
|||||
No
|
Ulangan Sampel
|
Sampel Absorban
(nm)
|
Volume
(ml)
|
||
1
|
1
|
0,516
|
1
|
||
4. Tabel 1. Pengukuran sampel limbah ammonia
Grafik 1. Data statistik pengukuran sampel
limbah ammonia
No.
|
Kelompok
|
Konsentrasi larutan (%)
|
Standar Absorban
(nm)
|
Volume
(ml)
|
|
1
|
1
|
5
|
0,121
|
1
|
|
2
|
2
|
10
|
0,215
|
1
|
|
3
|
3
|
20
|
0,516
|
1
|
|
4
|
4
|
50
|
0,912
|
1
|
|
5
|
5
|
100
|
1,645
|
1
|
|
Sampel Absorban (Ammonia Klorida)
|
|||||
No
|
Ulangan Sampel
|
Sampel Absorban
(nm)
|
Volume (ml)
|
||
1
|
1
|
2,024
|
1
|
||
2
|
2
|
2,265
|
1
|
||
3
|
3
|
2,315
|
1
|
||
4
|
4
|
2,320
|
1
|
||
5
|
5
|
2,310
|
1
|
||
Rata – rata
|
2,2468
|
1
|
|||
Tabel 2. Pengukuran sampel ammonia klorida
Grafik
2. Data statistik pengukuran sampel ammonia klorida
No.
|
Kelompok
|
Konsentrasi larutan (%)
|
Standar Absorban
(nm)
|
Volume
(ml)
|
|
1
|
1
|
5
|
0,014
|
1
|
|
2
|
2
|
10
|
0,089
|
1
|
|
3
|
3
|
20
|
0,250
|
1
|
|
4
|
4
|
50
|
1,177
|
1
|
|
5
|
-
|
100
|
1,372
|
1
|
|
Sampel Absorban (Air Aquascape Lab.BDP)
|
|||||
No
|
Ulangan Sampel
|
Sampel Absorban
(nm)
|
Volume (ml)
|
||
1
|
1
|
0,006
|
1
|
||
2
|
2
|
0,033
|
1
|
||
Rata – rata
|
0,0195
|
1
|
|||
Tabel 3. Pengukuran sampel air akuarium
aquascape
Grafik 3. Data
statistik pengukuran sampel air akuarium aquascape
4.1.Pembahasan
Hasil
dari pengukuran praktikum tersebut itu bukan data hasil ammonia murni,
melainkan data TAN (Total Ammonium Nitrat), perlu adanya perhitungan lanjut
untuk mendapatkan data amonia murni. Setelah dihitung lebih lanjut untuk mendapatkan
data ammonia pada beberapa sampel air.
Hasil
perhitungan praktukum pertama mengenai perhitungan ammonia pada limbah ammonia,
di dapat data TAN nya sebesar 0,516 ml, setelah di hitung dengan menggunakan
regresinya ternyata nilai ammonia nya sebesar 19,775 ml, itu menunjukan bahwa
pada limbah ammonia tersebut masih tinggi dari standar yang sudah ada.
Sedangkan
pada hasil praktikum ke -2 yaitu tantang pengukuran ammonia pada ammonia
klodida, data yang di dapat hasil perhitungan TAN nya rata – rata sebesar 2,2486
ml, sedangkan untuk data ammonia murninya itu sekitar 136,687 ml, data tersebut
perbandingan ammonia dan klorida itu lebih tinggi ammonia dibandingkan dengan kloridanya.
Sedangkan
untuk hasil pengukuran ammonia pada sampel air aquascape di laboratorium
budidaya perairan, setelah di lakukan pengukuran ternyata kandungan TAN nya
yaitu rata – rata sebesar 0,0195 ml, sedangkan untuk kandungan ammmonia nya
sendiri itu sebesar 3,3986 ml. Ternyata kandungan ammonia pada aquascape dilaboratorium
budidaya perairan cukup tinggi dari standar amonia yang sudah
distandarisasikan, kandungan ammonia tersebut akan membahayakan ikan – ikan
yang terdapat dalam aquascape tersebut, karena diketahui bahwa bahayanya
ammonia terhadap ikan – ikan yang ada diperiaran tersebut.
Ammonia
dalam suatu perain akan membahayakan hewan – hewan yang ada diperairan tersebut
terutama ikan. Masih teringat pada peristiwa di waduk cirata, semua ikan pada
mati semua akibat upwelling, karena kandungan ammonia dalam perairan tersebut
tinggi akibat pakan yang tidak termakan oleh ikan, dan terakumulasi di dasar
perairan akhirnya naik kepermukaan, dan mencemari perairan tersebut.
BAB
5
KESIMPULAN
Dari
hasil dan pembahasan menunjukan bahwa pada kandungan ammonia pada beberapa
sampel air, yaitu limbah ammonia, ammonia klorida, dan air aquascape di
laboratorium budidaya perairan, menunjukan bawa kndungan ammonia nya sangat
tinggi, untuk sampel limbah ammonia menunjukan sebesar 19,775
ml, untuk pada sampel ammonia klorida menunjukan kandungannya 136,687 ml,
sedangakan pada sampel air pada aquascape di laboratorium budidaya perairan
menunjukan 3,3986 ml. Dari hasil tersebut menunjukan bahwa kandungan ammonia
pada suatu peariran tidak dapat dilihat sekilas mata, karena dari beberapa
sampel yang sudah di uji coba sampel tersebut jernih, namun kandungan ammonia
nya tinggi, jadi tidak ada jaminan bahwa perairan yang jernih tersebut tidak
ada kandungan ammonianya.
DAFTAR
PUSTAKA
Maryani, Rosita dan I. Torang. 2007. Hubungan
Kualitas Air Dengan Populasi Bakteri Aeromonas sp di Sungai Kahayan.
Program Studi Budidaya Perairan. Faperta. UNPAR.
ASTM,
D – 1426 – 03, Standard Test Methods for A mmonia Nitrogen in Water .
Bonnin, E. P., 2006, Electrolysis of
Ammonia Effluents : A Remediation
Process with Co-generation of Hydrogen,Master Thesis, College of Engineering
and Technology of Ohio University, pp. 17-26.
Bonnin, E. P., Biddinger, E. J., Botte,
G. G., 2008, Effect of Catalyst on Electrolysis of Ammonia Efflents , Journal of Power Sources, 182, 284-290.
Brett, C. M. A. and Brett, A. M. O.,
1993, Electrochemistry : principles,
Methods, and Applications, Oxford University Press Inc., New York, pp. 326-328.
Brigden,
K. and Stringer, R. 2000, Ammonia and
Urea Production : Incidents of
Cheng, H., Scott, K., Christensen, P.
A., 2005, Paired Electrolysis in a
Solid Polymer Electrolyte Reactor –Simultaneously Reduction of Nitrate and
Oxidation of Ammonia, Chemical Engineering Journal, 108,
257-268.
Lampiran
:
-
Lampirkan prosedur teknis pengukuran
ammonia yang dilakukan
Adapun prosedur pengukuran ammonia adalah sebagai
berikut:
Buat lauran standar ammonia, 0,05 ppm, 0,1 ppm, 0,2
ppm, 0,5 ppm, 1,0 ppm.
Buat larutan oksidasi
yaitu, alkalin sitrat 10 ml dan larutan hippocloride 2,5 ml.
Masukan sampel ke dalam lima tabung reaksi, masing -
masing sebanyak 10 ml
Masukan reggen kedalam semua larutan satandar
ammonia dan kesemua sampel yaitu, fenol 0,4 ml, Na Niropussitro 0,4 ml, dan
lauran oksidasi sebanyak 1 ml.
Lalu amati perubahan warna pada sampel dan larutan
standar ammonia (berwarna biru) tunggu hingga satu jam. Jika perubahan tersebut
sangat pekat maka menandakan bahwa sampel kandungan ammonianya tinggi,
begitupun sebaliknya.
-
Lampirkan hasil perhitungan kurva
kalibrasi (regresi)
Sampel
|
X
|
Y
|
Xy
|
X2
|
Y2
|
1
|
5
|
0,119
|
0,595
|
25
|
0,014161
|
2
|
10
|
0,251
|
2,51
|
100
|
0,063001
|
3
|
20
|
0,707
|
14,14
|
400
|
0,499849
|
4
|
50
|
1,236
|
61,8
|
2500
|
1,527696
|
5
|
100
|
1,504
|
150,4
|
10000
|
2,262016
|
jumlah
|
185
|
3,817
|
229,445
|
13025
|
|
rata2
|
61,66667
|
1,272333
|
B =
Y =
a + b (x)
= 0,516 = 0,2352 + 0,0142 (X)
= 0,0142 0,516
– 0,2352 = 0,0142 (X)
 = Ỷ - b.x’ X = 19,775
=
= 0,2352
Sampel
|
X
|
Y
|
Xy
|
X2
|
Y2
|
1
|
5
|
0,121
|
0,605
|
25
|
0,014641
|
2
|
10
|
0,215
|
2,15
|
100
|
0,046225
|
3
|
20
|
0,516
|
10,32
|
400
|
0,266256
|
4
|
50
|
0,912
|
45,6
|
2500
|
0,831744
|
5
|
100
|
1,645
|
164,5
|
10000
|
2,706025
|
Jumlah
|
185
|
3,409
|
223,175
|
13025
|
|
rata2
|
61,66667
|
1,136333
|
B = Y = a + b (x)
= 0,516 = 0,2352 +0,0142 (X)
= 0,0157 0,516
– 0,2352 = 0,0142 (X)
 = Ỷ - b.x’ X = 19,775
=
= 0,2352
Sampel
|
X
|
Y
|
Xy
|
X2
|
Y2
|
1
|
5
|
0,014
|
0,07
|
25
|
0,000196
|
2
|
10
|
0,089
|
0,89
|
100
|
0,007921
|
3
|
20
|
0,25
|
5
|
400
|
0,0625
|
4
|
50
|
1,177
|
58,85
|
2500
|
1,385329
|
5
|
100
|
1,372
|
137,2
|
10000
|
1,882384
|
jumlah
|
185
|
2,902
|
202,01
|
13025
|
|
rata2
|
61,66667
|
0,967333
|
B =
 = Ỷ - b.x’
= 0.7646
– (-
37)
= 0.7646
– ( -36.98559 )
= 37.75019
Y = a + b
= 37.75019
+ = 37.7646
-
Lampirkan hasil perhitungan ammonia
M1V1=M2V2
1 x 100 =
1000 v2
V2 = 0,1ml ammonia
0,05 x 10
= 1 v2
V2 = 0,5ml ammonia
0,1 x 10 =
1 v2
V2 = 1ml ammonia
0,2 x 10 =
1 v2
V2 = 2ml ammonia
0,5 x 10 =
1 v2
V2 = 5ml ammonia
1 x 10 = 1
v2
V2 = 10ml ammonia
Daftar pustaka sama tinjauan nya gak singkron
BalasHapus