RINGKASAN
Daerah
penangkapan ikan merupakan suatu daerah perairan dimana ikan yang menjadi
sasaran penangkapan tertangkap dalam jumlah yang maksimal dan alat tangkap
dapat dioperasikan serta ekonomis. Suatu wilayah perairan laut dapat dikatakan
sebagai “daerah penangkapan ikan” apabila terjadi interaksi antara sumberdaya
ikan yang menjadi target penangkapan dengan teknologi penangkapan ikan yang
digunakan untuk menangkap ikan.
Hal ini dapat
diterangkan bahwa walaupun pada suatu areal perairan terdapat sumberdaya ikan
yang menjadi target penangkapan tetapi alat tangkap tidak dapat dioperasikan
yang dikarenakan berbagai faktor, seperti antara lain keadaan cuaca, maka
kawasan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai daerah penangkapan ikan demikian
pula jika terjadi sebaliknya. Pengetahuan mengenai daerah penangkapan ikan
meliputi kelimpahan, kepadatan stok, sifat fisik lingkungan, pola migrasi dan
distribusi jenis-jenis ikan sangat penting, seperti daerah terumbu karang
KATA
PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmatnya kepada kami untuk menyelesaikan laporan ini yang
disusun berdasarkan daftar isi, laporan ini berisikan tentang pengenalan daerah
penangkapan ikan dan teknologi penangkapan ikan di TPI Karangantu, dengan alat tangkap bagan sero.
Dengan dibuatnya laporan praktikum ini
diharapkan kepada pembaca mampu menyerap ilmu dan mengaplikasikannya dengan
baik. Dalam hal ini, pembaca dapat memahami materi yang ada dalam laporan ini.
Dengan demikian diharapkan tujuan intruksional yang ingin di capai dapat di
peroleh secara maksimal mungkin.
Tidak lupa saya
mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu untuk memberikan
masukan kepada saya mengenai laporan ini baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Sebelumnya
saya berterima kasih kepada:
1. Bapak
Adi Susanto, S.Pi,. M.Si dan Dr. Ririn Irnawati selaku dosen pembimbing mata
kuliah DPI dan TPI.
2. Nelayan
Karangantu atas informasi yang sangat penting untuk pengetahuan tentang daerah
dan teknologi penangkapan ikan.
3. Teman-
teman yang sangat saya cintai
terima kasih atas partisipasi dan kerjasamanya dalam kunjungan ke TPI
Karangantu.
Kami
menyadari bahwa laporan ini belum sempurna dan untuk itu kami mengharapkan masukan
dari pembaca atau pihak lain. Semoga laporan ini dapat berguna bagi pembaca dan
orang lain, kritik dan saran yang
membangun selalu terbuka untuk perbaikan laporan
ini.
Serang, Mei 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
RINGKASAN
.....................................................................................................
i
KATA
PENGANTAR ........................................................................................
ii
DAFTAR
ISI .......................................................................................................
iii
BAB
1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
...................................................................................
1
1.2. Tujuan ................................................................................................
2
BAB
2 METODOLOGI
2.1.
Waktu dan Tempat .............................................................................
3
2.2.
Alat dan Bahan ...................................................................................
3
2.3.
Prosedur Kerja ....................................................................................
4
BAB
3 HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
...................................................................................................
5
3.2. Pembahasan ........................................................................................
7
BAB
4 KESIMPULAN
4.1.
Kesimpulan .........................................................................................
9
DAFTAR
PUSTAKA .........................................................................................
10
LAMPIRAN
........................................................................................................
11
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia mempunyai wilayah perairan sebesar 5,8 juta km2, yang
terdiri dari 0,3 juta km2 laut teritorial, 2,8 juta km2 perairan
nusantara dan 2,7 km2 zona ekonomi ekslusif. Sekitar 70 %
wilayah Indonesia berupa laut dengan jumlah pulau lebih dari 17.000 dan garis
pantai sepanjang 81.000 km. Oleh karena itu sumber daya pantai dan laut yang
dimiliki Indonesia sangat besar baik yang non hayati seperti bahan tambang dan
energi maupun hayati terutama ikan. Potensi sumber daya ikan (SDI) laut
diperkirakan sebesar 6,26 juta ton/tahun yang terdiri dari potensi wilayah
perairan Indonesia sekitar 4,40 juta ton/tahun dan wilayah Zona Ekonomi
Ekslusif Indonesia (ZEEI) sekitar 1,86 juta ton/tahun.Selain itu di Indonesia
juga memiliki berbagai ragam alat tangkap,salah satu yang sering digunakan
untuk operasi penangkapan ikan oleh nelayan adalah alat jenis Gillnet dan
Trammel net (Agusta,2009).
Suatu daerah dapat
disebut sebagai daerah penangkapan ikan apabila ada interaksi antara sumberdaya
ikan yang menjadi target penangkapan ikan dengan teknologi penangkapan ikan
yang digunakan untuk menangkap ikan. Keadaan suhu, salinitas, arus
permukaan, upwelling dan front dapat mempengaruhi kehidupan ikan secara baik
secara langsung maupun tidak langsung. Keadaan iklim dan cuaca juga dapat
mempengaruhi kelimpahan ikan. Iklim dan musim akan mempengaruhi penyebaran
ikan, sedangkan cuaca seperti terjadinya topan dapat mempengaruhi ruaya serta
keberadaan ikan pada suatu daerah karena topan dapat menyebabkan terjadinya
turbulensi. Ikan biasanya akan menghindari hal demikian karena sedimen laut
yang terangkat dapat merusak filament insang ikan-ikan tersebut (Nomura, 1996).
Daerah penangkapan ikan merupakan suatu
daerah perairan dimana ikan yang menjadi sasaran penangkapan tertangkap dalam
jumlah yang maksimal dan alat tangkap dapat dioperasikan serta ekonomis. Suatu
wilayah perairan laut dapat dikatakan sebagai “daerah penangkapan ikan” apabila
terjadi interaksi antara sumberdaya ikan yang menjadi target penangkapan dengan
teknologi penangkapan ikan yang digunakan untuk menangkap ikan.
Hal ini dapat diterangkan bahwa walaupun
pada suatu areal perairan terdapat sumberdaya ikan yang menjadi target
penangkapan tetapi alat tangkap tidak dapat dioperasikan yang dikarenakan
berbagai faktor, seperti antara lain keadaan cuaca, maka kawasan tersebut tidak
dapat dikatakan sebagai daerah penangkapan ikan demikian pula jika terjadi
sebaliknya. Pengetahuan mengenai daerah penangkapan ikan meliputi kelimpahan,
kepadatan stok, sifat fisik lingkungan, pola migrasi dan distribusi jenis-jenis
ikan sangat penting, seperti daerah terumbu karang (Nelwan, 2004) .
1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya
praktikum ini yaitu, untuk mengetahui cara
kerja alat tangkap sero/bagan yang berada di daerah penangkapan Karangantu, untuk mengetahui jenis
tangkapan utama dan sampingan dari alat tangkapan sero/bagan, dan untuk mengetahui
pendapatan dari hasil tangkapan tersebut.
BAB 2
METODOLOGI
2.1. Waktu
Dan Tempat
Waktu
dan tempat di laksanakannya praktikum fieldtrip bersama Teknologi
Penangkapan dan Daerah Penangkapan Ikan yang di laksanakan pada hari jumat sampai
minggu, tanggal 10-12 Mei 2013, tepatnya dilaksanakan pada jam 19.00 – 08.00
wib. Mengenai alat tangkap sero yang di operasikannya di Kepulauan Banten,
Karangantu, Serang Banten.
2.2. Alat
dan Bahan
Alat
dan bahan yang kita gunakan dalam pelaksanaan praktikum fieldtrip bersama
mengenai alat tangkap sero yaitu, para nelayan menggunakan kapal KM. Prima
sebagai alat transportasi dari darat ke lokasi sero yang bermuatan sekitar 5
GT. Dan menggunakan alat tambahan yaitu serokan untuk mengambil hasil
tangkannya dari jaring sero. Bahan yang di gunakan pada jaring sero yaitu
menggunakan jaring trawl dengan panjang ± 100 m, dan mengguanakan tambang untuk
mengikat bambu-bambu pada kostruksi sero.
Kontruksi alat tangkap Sero:
Prinsipnya alat tangkap ini terdiri 4 bagian penting yang
masing-masing disebut : penajo (main fence), sayap (wing), badan
(body), dan bunuhan (crib). Badan tersebut terdiri dari
kamar-kamar (chamber). Banyaknya kamar-kamar bervariasi, tergantung dari
ukuran sero. Untuk sero kecil umumnya terdiri 1-2 kamar, untuk ukuran sedang 3
kamar dan untuk sero besar 4 kamar. Panjang penajo bervariasi,
tergantung besar kecilnya sero. Untuk sero berukuran besar panjang penajo dapat
mencapai antara 300-500 meter. Bagian penajo yang dekat dengan badan sero ± 1 /
4 sampai 1/3 dipasang kere-kere dari bambu.
Kamar-kamar sero tersebut pada bagian depannya dipasang
pintu-pintu dari kere bambu yang mudah ditutup dan dibuka pada waktu operasi
penangkapan. Di samping bagian-bagian yang
disebut penajo, sayap kiri/kanan dan bunuhan masih ada kelengkapan lain yang
disebut sisir/ pengiring/pengangsan, sibu-sibu (scoop net).
2.3. Prosedur
Kerja
Praktikum
fieldtrip kali ini metode praktikum yang kami lakukan yaitu langkah pertama
para nelayan berangkat menuju tempat lokasi letaknya sero. Kemudian jaring
kantong yang berada di sero terlebih dahulu di turunkan pada pukul 20.00,
setelah kantong diturunkan para nelayan menunggu selama kurang lebih 24jam.
Selama kurung waktu tersebut para nelayan ada yang memanfaatkan waktu untuk
memancing dan ada juga sebagian nelayan memantau kantong sero dari sampah
maupun ubur-ubur yang masuk dengan menggunakan serokan. setelah waktu tersebut
nelayan mulai mengangkat jaring kantung dan mengambil ikan dengan menggunakan
serokan, lalu hasil tangkapan dimasukan kedalam bak. Setelah semua hasil
peangkapan sudah terangkat semua, nelayan melalukan penyortiran sesuai dengan jenis
ikan ataupun cumi-cumi. Setelah itu para nelayan kembali pulang untuk menjual
hasil tangkapan kepada tengkulak. Cara ikan terperangkap pada alat tangkap sero
yaitu, terjebak
pada penajo atau sebagai penghalang (penghalau) perjalanan ikan. Sifat ikan umumnya
berenang menelusuri pantai dan bila berpapasan dengan penajo ia cenderung akan
membelok dan berenang menelusuri penajo ke arah tempat yang lebih dalam dan
akhirnya terperangkap masuk ke kamar-kamar sero dan terakhir sampai ke bagian
bunuhan (crib) dan terperangkaplah. Bagian sayap atau kaki berfungsi
sebagai penghalang atau tepatnya berfungsi untuk mempercepat jalannya ikan
masuk ke dalam badan atau kamar-kamar sero.
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.3. Hasil
Ø
Spesifikasi alat tangkap
Nama : Sero
Bahan : Jaring trawl dan bambu
Harga/unit : 5 juta
Dimensi : Panjang 100 m, lebar 5 m
Detail kontruksi : sero terbuat dari bambu dan jaring
sebagai kantong dengan panjang 5-6 m, dengan jaring kantong hingga 100 m, dan
tali temali untuk mengikat.
Umur teknis : 10 -20 tahun
Gambar alat :
Ø
Armada penangkapan
Nama kapal : KM Prima
Ukuran : LOA = 12 m, B = 2 m, D =
1,5 m
Bahan : Kayu meranti
Harga : 25 juta
Umur teknis : 8 tahun
Mesin : Dongpeng
Mesin utama : 24 pk, merk : dongpeng, harga : 5 juta
Mesin bantu : -
Ø
Metode Operasi
Jumlah trip/bulan : 30hari
Jumlah setting dan houling : 1 kali
Jumlah ABK : 6 orang
Teknis penangkapan : -
Deskirpi pengkapan :
Sero dipasang menetap di
perairan, tak jauh dari daratan, prinsip pengoprasian nya dalah memotong jalur
migrasi ikan. Ikan akan tergiring oleh penaju menuju jaring kantong, dan kalau
sudah masuk kantong, kemungkinan besar tidak bisa meloloskan diri.
Ø
Alat bantu penagkapan
Jenis alat bantu : sero / seser
Jumlah : 1
Harga : 50 ribu
Ø
Hasil tangkapan
Cumi – cumi 100
kg 25 ribu/kg
Sotong 2-4
kg 13 ribu/kg
Kembung manjar 90
kg 12 ribu/kg
Rebon 10
kg 1500/kg
Rata rata hasil tangkapan
Segar : 100 kg
Sebagian rusak : -
Rusak : -
Ø
Daerah dan musim penagkapan
Daerah penagkapan : Telub Banten, daerah pesisir pantai pontang
Lama menuju DPI : 1,5 Jam
Proses penentuan DPI : Melihat arus dan kekuatan felling
Musim penagkapan :
Puncak : april, mei, juni, juli, agustus
Sedang : september, oktober, november, desember
Paceklik : januari, februari, mart
Ø
Analisis ekonomi
Pendapatan
Penjualan hasil trip : 100 – 200 ribu/hari
Sistem pemasaran : tengkulak
Sistem bagi hasil : 100 ribu, 25 % untu kapal, 75 % untuk nelayan
Ø
Pengeluaran
Solar : 10 liter/ trip harga 1liter Rp. 5000
Konsumsi : masing masing
Retribusi : -
3.4. Pembahasan
Spesifikasi alat tangkap
Sero adalah perangkap yang biasanya terdiri dari susunan
pagar-pagar yang akan menuntun ikan-ikan menuju perangkap. Sero juga disebut
banjang, bila, belat, seroh, kelong.
Bahan jaring PE multifilamen, pembuatannya
itu membutuhkan dana sebesar 5 juta, ukuran nya 5-6 meter sedangkan panjang
karing kantong itu 100 meter, umut alat tangkap ini bisa mencapai 10 – 20
tahun, dengan perawatan, seperti mengganti bambu yang sudah keropos.
Ø
Armada penangkapan
Kapal yang bernama KM Prima,
dengan LOA 12 meter ini, yang terbuat dari kayu meranti, kuat hingga 8 tahun.
Dengan satu mesin utama yaitu ukuran 24 pk, merknya Dongfeng, harga nya 5juta
/unit mesin.
Ø
Metode operasi
Sero melakukan setting dan
haoling sekali dalam sehari, jadi jumlah trip perbual itu 30 hari, dengan
jumlah ABK 6 orang. Sero prinsip pengoprasinnya itu menghadang migrasi dan
jalur ruaya ikan.
Ø
Alat bantu penagkapan
Alat
bantu yang digunakan di alat tangkap sero ini yaitu sero atau seser untuk
mengambil hasil tangkapan didalam kantong. Dengan harga satu sero ini harganya
sebesar Rp. 50 000.
Ø
Hasil tangkapan dominan
Cumi – cumi bisa di dapat 100kg
per bulan, dengan harga /kg itu sekitar Rp. 25ribu, sedangkan sotong itu 2-4
kg, dengan harganya, Rp. 13ribu, kembung banjar, 100 kg/bulan, harga /kg itu
sekitar, 12ribu, sedangkan untuk rebon itu 10 kg, dengan harga /kg nya itu Rp.
1500 rupiah. Dengan rata rata hasil tangkapan itu sekitar 100 kg, dengan
kwalitas 100% masih segar.
Ø
Daerah pengkapan ikan
Daerah pengakapan sero di
karangantu itu masih di teluk Banten persisnya di daerah pesisir pantai potang,
sekitar 1-2 Km dari bibir pantai, untuk menentukan DPI nya, itu melihat dari
aru dan kekuatan feeling nelayan bahwa di sana itu jalur migrasi ikan. Untuk
musim juga mempengaruhi hasil tangkapan.
Ø
Analisis ekonomi
Hasil tangkapan ikan, langsung
di jual di tengkulak, hasil tangkapan di timbang dan di bayar tunai oleh
tengkulak tersebut, rata – rata perhari nelayan bisa mendaapatkan Rp. 100 – 200
rbu, dengan sistem bagi hasil dari Rp. 100ribu, 25 % nya untu kapal, dan 75 %
nyan untuk nelayan.
Pengeluarannya nelayan setiap
kali trip menghabiskan 10 liter solar, dan harga /satu liternya itu Rp. 5000.
Jadi setiap trip nelayang mengeluarkan sebesar Rp. 50000, paling menambah ganti
bambu yang rusak an membenarkan jaring yang bolong.
BAB 4
KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
Hasil dan pembahasan dapat
disimpulkan bahwa, prinsip penagkapan atau kerja sero adalah dengan cara
menghadang migrasi ikan, itu setting dan houling nya itu sehari satu kali.
Untuk jenis tangkapan utama sero di karangantu ini adalah cumi –cumi, sorong,
balakutak, dan kembung manjar, sedangkan hasil tangkapan sampingannya yaitu,
seperti rebon, kan rucah, ikan layur, ikan pari, dan sumbilang karang. Untuk
penghasilan para nelayan sekali trip itu sekitar Rp. 100 – 200ribu, dengan
pengeluarannya Rp. 50ribu untuk solar dan bagi hasilnya itu 25 % untuk kapal.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro. 1964. Daerah Penagkapan Ikan. Jakarta : Djambatan
Hadioetomo,
RS. 1993. Teknologi Penagkapan Ikan: Teknik dan prosedur dasar
laboratorium. Gramedia pustaka utama. Jakarta.
Suriawiria, U. 2005. Set Net. Papas Sinar Sinanti, Jakarta
Zubaidah, Elok. 2006.Alat Tangkap Sero. Universitas Brawijaya. Malang
LAMPIRAN
Gambar 1. Proses menyeleksi ikan Gambar
2. Hasil tangkapan
Gambar 3. Bagian kantong sero Gambar 4. proses penyerokan ikan
Gambar 5. Tangkapan utama sero Gamabar 6. proses perawatan alat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar