LAPORAN
PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN
EKOSISTEN PERAIRAN MENGALIR
Disusun
oleh :
DENI SAPUTRA
4443110373
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl Raya Jakarta Km. 4 Pakupatan Kota Serang Banten
2 0 1 2
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
perkenan-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan praktikum mata kuliah
ekologi perairan ini. Kami menyadari bahwa laporan ini tidak terlepas dari
bantuan pihak yang telah memberikan konstribusi pemikiran sehingga penyusunan
laporan ini selesai. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak terutama kepada Dosen dan asisten dosen praktikum mata kuliah
ekologi perairan ini.
Dengan
dibuatnya laporan praktikum ini diharapkan kepada pembaca mampu menyerap ilmu
dan mengaplikasikannya dengan baik. Dalam hal ini, pembaca dapat memahami
materi yang ada dalam laporan ini. Dengan demikian diharapkan tujuan
intruksional yang ingin di capai dapat di peroleh secara maksimal mungkin.
Penulis
menyadari sebagai manusia biasa tidak luput dari salah dan lupa, sehingga
laporan ini masih banyak kekurangan.
Dengan
tersusunnya laporan praktikum Ekologi perairan Perairan ini, saran yang
membangun demi kesempurnaan laporan ini sangat kami harapkan.
Serang, Desember
2012
Penulis,
i
DAFTAR
PUSTAKA
KATA PENGANTAR………………………………………………………………i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..ii
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………..1
1.1
Latar Belakang…………………………………………………………..1
1.2
Tujuan……………………...……………………………………………2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………….…3
2.1
Parameter Fisika Perairan……………………………………………..…3
2.2
Parameter Kimia Perairan……………………………………………..…6
2.4
Parameter Biologi Perairan……………………………………………....7
BAB 3 METODOLOGI………………………………………………………..……11
3.1
Waktu dan Tempat………………………………………………………11
3.2
Alat dan Bahan…………………………………………………………..11
3.3
Metode Pengumpulan Data……………………………………………...11
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………..…….14
4.1
Hasil …………………………………………………………..…………14
4.2
Pembahasan……………………………………………………...………18
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………...…20
5.1
Kesimpulan………………………………………………………………20
5.2
Saran……………………………………………………………………..20
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..……21
LAMPIRAN…………………………………………………………………...…….22
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan-hubungan
timbal balik antar organisme hidup dengan lingkungannya. Salah satu kajian dari
ekologi adalah ekosistem tempat organism itu hidup. Ekosistem (satuan fungsi
dasar dalam ekologi) adalah suatu sistem yang didalamnya terkandung komunitas
hayati dan saling mempengaruhi antara komponen biotik dan abiotik. Berdasarkan
salinitasnya ekosistem perairan dibedakan menjadi tiga yaitu ekosistem perairan
tawar, ekosistem perairan payau, dan ekosistem perairan laut (E.P. Odum,1998)
Menurut Anggraini (2007), perairan permukaan diklasifikasikan
menjadi dua kelompok utama yaitu badan air tergenang (standing water atau lentik) dan badan air mengalir (flowing
water atau lotik). Ekosistem perairan mengalir
merupakan perairan terbuka yang dicirikan dengan adanya arus dan perbedaan
gradien lingkungan serta interaksi antara faktor biotik dan abiotik (Sutrisno,
1991). Salah satu bentuk dari perairan mengalir adalah sungai. Sungai
adalah suatu perairan terbuka, memiliki arus, adanya perbedaan gradien
lingkungan, serta masih memiliki pengaruh-pengaruh daratan. Sungai memiliki
beberapa ciri antara lain : memiliki arus, resident time (waktu tinggal arus)
cepat, organisme yang ada memiliki adaptasi biota khusus, substrat umumnya
berupa batu, kerikil, pasir, dan lumpur, tidak terdapat stratifikasi suhu dan
oksigen, serta sangat mudah mengalami pencemaran dan mudah pula menghilangkannya
(Odum, 1993).
Faktor yang diamati adalah parameter fisika yang diukur
meliputi suhu, kecerahan, kedalaman, kecepatan arus dan kenduktivitas.
Sedangkan parameter kimia yang digunakan yaitu pH yang diukur dengan
menggunakan pH meter. Suhu dengan pengukuran menggunakan thermometer sebesar,
kedalaman yang diukur dengan menggunakan sech dish, kecerahan, dan
konduktivitasnya. Hal-hal yang mempengaruhi ekosistem perairan adalah faktor
fisika dan kimia, faktor kimia dan faktor fisika akan mempengaruhi jumlah, komposisi,
keanekaragaman jenis, produktivitas perairan.
1.2 Tujuan
Adapun Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengertian ekosistem
perairan tergenang. Untuk mengetahui dan memahami faktor yang berpengaruh
terhadap perairan mengalir dan mengetahui parameter fisika, kimia, kimia dan
biologi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Parameter Fisika Perairan
a.
Kecerahan
Menurut Pratama (2009), menyatakan bahwa kecerahan merupakan
ukuran transportasi perairan, yang ditentukan secara visual dengan menggunakan
secchidisk. Kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan ke dalam air dan
dinyatakan dengan (0/00), dari beberapa panjang gelombang
di daerah spectrum yanh terlihat cahaya yang melalui lapisan sekitar 1 meter,
jatuh agak lurus pada permukaan air. Stratifikasi kolam air pada perairan
tergenang yang disebabkan oleh intensitas cahaya yang masuk ke perairan dibagi
menjadi 3 kelompok yaitu lapisan Eutrofik, lapisan Kompensasi dan lapisan
Preufondal.
Menurut Akrimi dan Subroto (2002),menyatakan bahwa kecerahan
air berkisar antara 40-85 cm,tidak menunjukkan perbedaan yang besar.Kecerahan
pada musim kemarau adalah 40-85 cm,dan pada musim hujan antara 60-80
cm,kecerahan air di bawah 100 cm tergolong tingkat kecerahan rendah.
Berdasarkan intensitas cahaya perairan Bahari secara verttikial bibagi menjadi
3 wilayah,yaitu zona Eupoti, zona disfotik dan zona Afotik.
b. Salinitas
Salinitas menggambarkan padatan total di dalam air. Setelah
semua karbonat dikonversi menjadi oksida,semua bromide dan iodide digantikan
oleh klorida dan semua bahan anorganik telah dioksida. Salinitas dinyatakan
dalam satuan g/kg atau promil (%). Nilai salinitas perairan tawar biasanya
kurang dari 5%. Perairan payau antara 0,50%-30%, dan perairan laut 30%-40%.
Pada perairan pesisir, nilai salinitas sangat dipengaruhi oleh masuknya air
tawar di sungai (Pratama, 2009).
Menurut Agrifishery (2010), menyatakan bahawa salinitas
dapat dilakukan dengan pengukuran dengan menggunakan alat yang disebut dengan
pengukuran dengan menggunakan alat yang disebut dengan refraktometer atau
salinometer. Satuan untuk pengukuran salinitas adalah satuan gram per kilogram
(ppt) atau promil (%). Nilai salinitas untuk perairan tawar biasanya berkisar
antara 6-89 ppt dan perairan laut berkisar antara 30-35 ppt.
c.
Suhu
Menurut Maire dalam Arfiati (1989), menyatakan bahwa suhu
secara ekologi akan mempengaruhi penyebaran (distribusi) spesies. Karena
organisme cenderung menempati lingkungan yang bersuhu sesuai bagi kehidupannya.
Suhu secara fisiologi dapat mempengaruhi berbagai aktivitas biologi di dalam
sel. Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude) waktu
dalam air, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran air, serta kedalaman
badan air. Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viscusitas, rekasi kimia,
evaporasi dan volansisasi. Peningkatan suhu ini disertai dengan penurunan kadar
oksigen terlarut sehingga keberadaan oksigen melakukan proses metabolisme dan
respirasi. Ikan akan mengalami kerentanan tehadap penyakit pada suhu yang
kurang optimal. Fluktuasi suhu yang terlalu beasr akan menyebabkan ikan stress
yang dapat mengakibatkan kematian pada ikan (Pratama, 2009)
Menurut
Wibawa (2010), menyatakan bahwa stratifikasi suhu pada kolam air dikelompokkan
menjadi 3, yaitu:
1. Lapisan
Epilimnion yaitu lapisan sebelah atas perairan yang hangat dengan penurunan
suhu relatif kecil (dari 320 C menjadi 280 C).
2. Lapisan
termokim yaitu lapisan tengah yang mempunyai penurunan suhu sangat tajam (dari
280 C menjadi 210 C).
3. Lapisan
lipolimnion yaitu lapisan paling bawah dimana pada lapisan ini perbedaan suhu
sangat kecil, relatif konstan.
d.
Kecepatan arus
Menurut Hynes dalam
Arfiati (1989), menyatakan bahwa kuat lemahnya arus dapat mempengaruhi
komunitas perifoton dan berbagai komunitas hidrobiotik lainnya. Perairan
berarus lemah, lebih banyak dihuni oleh perifeton dari pada perairan berarus
kuat. Pada perairan berarus kuat, dengan kecepatan arus 1,21m/detik atau lebih sehingga hanya
organisme-organisme yang dapat menempel dengan kuat saja yang dapat menetap
karena tidak terbawa arus. Beda perairan berarus lemah dengan kecepatan arus
0,20 m/detik,
algae perifeton akan lebih mudah berkembang, tetapi pada kecepatan arus kuat
(1,00 m/detik)
jumlah dan jenis alga perifeton akan menurun karena adanya tekanan mekanik arus
(Liudstrom dan traen dalam Tesis, Arfiati, 1989).
e. Tipe Substrat
Menurut
Flamid (2010), bahan tak hidup yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri dari
tanah, air, udara, sinar matahari, bahan lain hidup merupakan medium atau
substrat tempat berlangsungnya kehidupan atau lingkungan tempat hidup.
Menurut Djum
1971 dalam Sahri et al. 2000. substrat dasar yang berupa batuan
merupakan habitat yang penting baik dibandingkan dengan substrat pasir dan
kerikil. Substrat pasir dan kerikil mudah sekali terbawa oleh arus air.
Sedangkan substrat batuan tidak mudah terbawa oleh arus air. Kandungan bahan organik
menggambarkan tipe dan substrat dan kandungan nutrisi di dalam perairan. Tipe
substrat berbeda-beda seperti pasir Lumpur dan tanah liat (Sembiring, 2008)
Menurut Suliati (2006), kecerahan
arus sungai dipengaruhi oleh kemiringan. Kekasanan kadar sungai. Kedalaman dan
kelebaran sungai sehingga kecepatan arus di sepanjang aliran sungai dapat
berbeda-beda yang selanjutnya akan mempengaruhi jenis substrat dasar sungai
pada umumnya, tipe substrat dalam sungai dapat berupa Lumpur, pasir, kerikil
dan sampah.
2.2
Parameter Kimia
a.
pH
pH adalah cerminan
dari derajat keasaman yang diukur dari jumlah ion hydrogen menggunakan rumus umum
pH=-log(H+). Air murni terdiri dari ion H+dan OH- dalam jumlah berimbang hingga pH air
murni biasanya 7. Makin banyak ion OH- dalam cairan makin rendah ion H+ dan makin tinggi Ph. Cairan demikian
disebut cairan alkalis. Sebaliknya makin banyak ion H+ makin rendah Ph dan cairan
tersebutbersifat masam. Sebagian besar danau ber pH 6-9. Danau sadah (soda
lake)ber pH 11,5. Danau asam dapat disebabkan karena hujan asam akibat polustri
industry sehingga kapasitas buffer menghilang. Danau di padang pasir Afrika
Tengah (Danau Utan)=air yang masuk lebih kecil dan jumklah air yang keluar.
Akibatnya menjadi danau yang alkali. Sehingga variasi tanaman dan hewan juga
rendah (Arfiati, 2001).
b. DO
Menurut Arfiati (2001),menyatakan bahwa air yang sangat
dingin mengandung kurang dari 5% O2 dan akan menurun jika suhu air bertambah.
Berkurangnya O2 karena respirasi dan dekomposisi. Perairan
dengan O2 tinggi, keragaman organism biasanya tinggi. Jika O2 menurun,hanya
organism yang toleran saja yang dapat hidup di tempat tersebut. Variasi O2 danau
oligotroph biasanya rendah, sebaliknya danau eutroph tinggi. Sumber-sumber O2:
Atmosfer : difusi, angin dan Fotosintesis.
Menurut Sudaryati(1991), menyatakan bahwa di perairan alam
konsentrasi oksigen terlarut dalam fungsi dari proses biologi seperti proses
fotosintesa dan respirasi dan proses fisika seperti pergerakan air dan suhu. Di
permukaan air konsentrasi oksigen rendah, dikedalaman tertentu di daerah fotik
mencapai maksimum, dan di dasar perairan konsentrasinya menurun lagi, selama
stratifikasi panas, konsentrasi oksigen terlarut di dasar perairan rendah
karena pengambilan oleh mikroba untuk respirasi.
2.3
Parameter Biologi
a. periphyton
Perifiton adalah komunitas organisme
yang hidup di atas atau sekitar substrat yang tenggelam. Substrat
tersebut dapat berupa batu-batuan, kayu, tumbuhan air yang tenggelam, dan
kadangkala pada hewan air (Odum 1971).
Menurut Weitzel (1979), perifiton
terdiri dari mikroflora yang tumbuh pada semua substrat tenggelam. Pada
umumnya perifiton di perairan mengalir terdiri dari diatom,
(Bacillariophyceae), alga biru berfilamen (Myxophyceae), alga hijau berfilamen
(Chlorophyceae), bakteri atau jamur berfilamen, protozoa, dan rotifera (tidak
banyak pada perairan tidak tercemar), serta beberapa jenis serangga (Welch
1952). Berdasarkan tipe substrat tempat menempelnya,
perifiton dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Epilithic,
perifiton yang menempel pada batu.
2) Epipelic,
perifiton yang menempel pada permukaan sedimen.
3) Epiphytic,
perifiton yang menempel atau hidup pada permukaan daun atau batang tumbuhan.
4) Epizoic,
perifiton yang menempel pada permukaan tubuh hewan.
5) Epidendritic,
perifiton yang menempel pada kayu.
6) Epipsamic,
perifiton yang menempel pada permukaan pasir
b. Benthos
Bentos adalah organisme yang hidup
di dasar perairan (substrat) baik yang sesil, merayap maupun menggali
lubang. Bentos hidup di pasir, lumpur, batuan, patahan karang atau
karang yang sudah mati. Substrat perairan dan kedalaman mempengaruhi pola
penyebaran dan morfologi fungsional serta tingkah laku hewan bentik.Hal
tersebut berkaitan dengan karakteristik serta jenis makanan bentos.
Organisme yang termasuk
makrozoobentos diantaranya adalah: Crustacea, Isopoda, Decapoda, Oligochaeta,
Mollusca, Nematoda dan Annelida. Klasifikasi benthos menurut ukurannya :
Makrobenthos merupakan benthos yang memiliki ukuran lebih besar dari 1 mm (0.04
inch), contohnya cacing, pelecypod, anthozoa, echinodermata, sponge, ascidian,
and crustacea. Meiobenthos merupakan benthos yang memiliki ukuran antara 0.1 -
1 mm, contohnya polychaete, pelecypoda, copepoda, ostracoda, cumaceans,
nematoda, turbellaria, dan foraminifera. Mikrobenthos merupakan benthos yang
memiliki ukuran lebih kecil dari 0.1 mm, contohnya bacteri, diatom, ciliata,
amoeba, dan flagellata (Anonymous, 2012).
c. Plankton
Secara sederhana plankton diartikan
sebagai hewan dan tumbuhan renik yang terhanyut di laut. Nama
plankton berasal dari akar kata Yunani “planet” yang berarti pengembara.
Istilah plankton pertama kali diterapkan untuk organisme di laut oleh Victor
Hensen direktur Ekspedisi Jerman pada tahun 1889 (Charton dan Tietjin, 1989).
Plankton terdiri dari dua kelompok
besar organisme akuatik yang berbeda yaitu organisme fotosintetik atau
fitoplankton dan organisme non fotosintetik atau zooplankton.
→ Fitoplankton
Fitoplankton adalah organisme yang
hidup melayang-layang di dalam air, relatif tidak memiliki daya gerak, sehingga
eksistensinya sangat dipengaruhi oleh gerakan air seperti arus, dan lain-lain
(Odum 1971). Menurut Reynolds (1984), fitoplankton yang hidup di air
tawar terdiri dari tujuh kelompok besar filum, yaitu: Cyanophyta (alga biru),
Cryptophyta, Chlorophyta (alga hijau), Chrysophyta, Pyrrhophyta (dinoflagellates),
Raphydophyta, dan Euglenophyta.
Setiap jenis fitoplankton yang
berbeda dalam kelompok filum tersebut mempunyai respon yang berbeda-beda
terhadap kondisi perairan, sehingga 9 komposisi jenis fitoplankton bervariasi
dari satu tempat ke tempat lain (Welch, 1952).
Menurut Welch (1952), plankton air
tawar dibedakan menjadi limnoplankton dan rheoplankton. Limnoplankton
adalah plankton yang hidup di perairan tergenang, sedangkan rheoplankton adalah
plankton yang hidup di perairan mengalir. Beberapa faktor yang mempengaruhi
distribusi kelimpahan fitoplankton dalam suatu perairan adalah arus, kandungan
unsur hara, predator, suhu, kecerahan, kekeruhan, pH, gas-gas
terlarut, maupun kompetitor.
→ Zooplankton
Zooplankton merupakan plankton
hewani yang terhanyut secara pasif karena terbatasnya kempuan bergerak. Berbeda
dengan fitoplankton , zooplankton hampir meliputi seluruh filum hewan mulai
dari protozoa (hewan bersel tunggal) sampai filum Chordata (hewan bertulang
d. Nekton
Nekton
adalah organisme yang dapat berenang dan bergerak dengan kemauan sendiri. Kelompok organisme yang termasuk nekton adalah :
Vertebrata (ikan bertulang rawan, seperti hiu
dan pari ; ikan bertulang keras, seperti kakap, tuna, dll ; penyu ; ular ;
mamalia laut, seperti paus). Mollusca
(sotong dan cumi-cumi).
e. Neuston
Neuston, adalah organisme
yang hidupnya berada di atas permukaan air. Yang
termasuk kedalam neuston adalah serangga air.
BAB 3
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan
praktikum Ekologi Perairan mengenai Ekosisten
Perairan Mengalir dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 18 November 2012 dan
menganalisis plankton dan bhentos pada hari Jum’at, tanggal 30 November tepatnya pukul 09.00 WIB. Adapun
tempat pelaksanaan di labotarium Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang Banten.
3.2 Alat dan Bahan
Dalam
kegiatan praktikum Ekologi Perairan mengenai Ekosisten
Perairan Mengalir, adapun alat yang digunakan seperti bola pimpong, meteran,
transek, seckhidisk, sendok semen, DO meter, pH meter, dan Refractometer. Kemudian menggunakan bahan seperti
sampel air, sampel plankton, sampel benthos dan alkohol.
3.3 Prosedur Kerja
a. Kecerahan
Dalam pengamatan kecerahan digunakan alat secchi disk yang
dimasukan dalam perairan. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali di setiap
substasiun secara diagonal agar mewakili kecerahan tiap-tiap substasiun. Alat
secchi disk yang terdiri dari warna hitam dan putih dicelupkan ke dalam air
secara tegak lurus dengan perlahan-lahan. Untuk pengamatan pertama diperhatikan
ketika warna putih secchi disk mulai tidak tampak, ini dicatat sebagai D1.
Setelah itu secchi disk diangkat kembali dengan perlahan dan ketika warna putih
mulai terlihat dicatat sebagai D2.
b. Suhu
Untuk mengetahui suhu perairan dilakukan dengan menggunakan
termometer lapangan. Caranya yaitu dengan mencelupkan termometer secara
perlahan ke dalam air, dengan memegang tali yang diikatkan pada termometer agar
suhu tubuh praktikan tidak mempengaruhi suhu yang ada pada termometer, kemudian
dilihat skala suhunya setelah dicelupkan ke dalam air selama kira-kira 1 menit.
Pengukuran suhu dilakukan sebanyak tiga kali ulangan di tiap SS secara diagonal
agar mewakili suhu tiap-tiap substasiun.
c. Kedalaman
c. Kedalaman
Pengukuran kedalaman dilakukan dengan paralon berskala. Paralon
berskala ini dimasukkan ke dalam perairan dengan posisi tegak sampai menyentuh
dasar perairan. Batas yang ditunjukkan pada paralon adalah kedalaman dari
perairan tersebut. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali ulangan pada setiap
substasiun.
d. Tipe Substrat
Menentukan tipe substrat dilakukan dengan cara manual. Yaitu
dengan memasukkan tangan atau benda yang dapat memastikan substrat di dalam
perairan, kemudian disentuh dan diambil sedikit substrat pada tiap-tiap
substasiun untuk diamati secara visual.
e. Kecepatan Arus
Kecepatan arus dilakukan dengan menggunakan bola pingpong yang
ditaruh di permukaan sungai sejalan arah arus, di sampingnya telah diletakkan
pipa yang bertujuan untuk mengukur jarak yang ditempuh bola pingpong dengan
menghitung waktu yang diperlukan oleh bola pingpong untuk sampai pada ujung
pipa lainnya dengan menggunakan stopwatch.
f. Lebar Sungai dan Lebar Badan Sungai
Pengukuran lebar sungai dan lebar badan sungai dilakukan
pengukuran dari ujung sisi yang satu ke ujung sisi yang lainnya, biasanya lebar
badan sungai lebih lebar dari lebar sungai, lebar badan sungai diukur dari
ujung sisi sungai hingga ke ujung lainnya, sedangkan lebar badan sungai diukur
dari ujung sisi sungai yang masih terdapat air hingga ujung sisi lainnya yang
masih terdapat air .
g. Plankton
Sampel plankton diambil dengan cara menyaring air lapisan
permukaan sebanyak 100 liter dengan menggunakan ember yang memiliki volume 10
liter. Sampel tersebut di saring menggunakan planktonet dengan ukuran 45μm, air
sampel yang tersaring dimasukkan ke dalam botol sampel bervolume 30 ml dan
diawetkan menggunakan pengawet lugol sebanyak 3-5 tetes dan kemudian diamati di
labotarium menggunakan mikroskop.
h. Perifiton
Perifiton diambil dengan mengerik substrat berukuran 2x2cm yang
telah kita dapatkan yang berupa kayu-kayu ataupun bebatuan. Hasil pengerikan
tersebut kita sediakan dalam kaca preparat untuk kita amati dengan
mikroskop.
i. Bentos
Pengambilan bentos dilakukan dengan menggunakan surber yang
diletakkan di dasar sungai, dasar perairan diaduk dahulu, surber diserok ke
dasar perairan agar substrat dapat terambil, kemudian dipisahkan bentosnya dan
dimasukkan ke dalam plastik.
j.
salinitas
Pengambilan
sampel salinitas dilakukan dengan refraktometer yang di bersikan dengan
aquadest lalu Bersihkan dengan kertas tisyu sisa aquadest yang
tertinggal dan teteskan
air sampel yang ingin diketahui salinitasnya kemudian lihat ditempat yang bercahaya dan akan tampak sebuah
bidang berwarna biru dan putih lalu Garis batas antara kedua bidang itulah yang
menunjukan salinitasnya.
k. pH
pengambilan sampel pH dengan
menggunakan keretas indikator dilakukan dengan memasukan keretas pH kedalam air
selama 10 s/d 30 detik kemudian ambil dan amati warna yang paling cerah pada
tabel pH yang ada pada bungkus keretas indikatornya, sedangkan pengambilan
sampel dengan alat pH meter dilakukan dengan mencelupkan bagian indikator
bagian sensitifnya kedalam air terus kita tinggal melihat berapa pHnya pada
monitor.
.
BAB 4
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Parameter Fisika
¤ Kecerahan
Pengamatan
1 : 60+70/2 = 65
Pengamatan
2 : 50+60/2 = 55
Pengamatan
3 : 40+65/2 = 52,5
¤ Suhu
Pengamatan
1 : 27ºc
Pengamatan
2 : 27ºc
Pengamatan
3 : 27ºc
¤ Kedalaman
Tinggi
pinggir : 50 cm
Tinggi
Tengah : 83 cm
¤ Tipe
Substrat
Pada
perairan sungai mengalir banyak ditemukan batuan berlumpur.
¤ Kecepatan
Arus
Pengamatan
1 : 13;25 detik
Pengamatan
2 : 17;38 detik
Pengamatan
3 : 10;03 detik
¤ Lebar
Sungai dan Panjang Sungai
Lebar
Sungai : 15 m
Panjang
Sungai : 25 m
4.1.2 Parameter Kimia
¤ Salinitas
Pengamatan
1 : 0
Pengamatan
2 : 0
Pengamatan
3 : 0
¤ pH
→Menggunakan
keretas indikator ;
Pengamatan
1 : 6
Pengamatan
2 : 6
Pengamatan
3 : 6
→Menggunakan
pH meter ;
Pengamatan
1 : 8,92
Pengamatan
2 : 8,96
Pengamatan
3 : 8,84
4.1.3 Parameter biologi
¤
Identifikasi plankton
NO
|
Nama Sampel
|
Gambar
|
Jumlah
|
1
|
Amoeba
|
Lebih dari 10
|
|
2
|
Paramecium
|
Lebih dari 10
|
|
3
|
Nocticula
|
Lebih dari 5
|
¤
Identifikasi Benthos
NO
|
Nama Sampel
|
Gambar
|
Jumlah
|
1
|
Kerang Dara
|
Lebih dari 5
|
|
2
|
Keong sawah
|
2 sampel
|
4.2 Pembahasan
Dalam parameter fisika kita berkonsentrasi
pada suhu, kecerahan, dan kecepatan arus. Pada parameter suhu kita menggunakan
termometer. Sementara pada kecerahan alat bantu pengukuran menggunakan
secidish. Secidish adalah alat berupa piringan yang terdapat warna hitam dan
putih dengan tujuan agar mempermudah proses pengamatan di dalam air. Secidish
dimodifikasi dengan meletakkan tongkat bersekala di kengahnya. Kecepatanarus
dapat diketahui dengan cara sederhana, yaitu meletakkan bola pingpong pada arus
air dan mengukur pergerakan bola tersebut hingga jarak yang ditentukan.
Sementara
itu kami juga melakukan pengukuran terhadap parameter kimia, seperti DO, pH,
Salinitas. DO dapat diukur dengan menggunakan alat yang dinamakan DO meter.
Sementara salinitas dapat diketahui dengan menggunakan alan refrakto meter, dan
lakmus atau pH meter digunakan sebagai alat untuk mengukur pH atau kadar
keasaman.
Plankton
didefinisikan sebagai organisme hanyut apapun yang hidup dalam zona pelagik
(bagian atas) samudera, laut, dan badan air tawar.Secara luas plankton dianggap
sebagai salah satu organisme terpenting di dunia, karena menjadi bekal makanan
untuk kehidupan akuatik.
Bagi
kebanyakan makhluk laut, plankton adalah makanan utama mereka.Plankton terdiri
dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan laut.Ukurannya kecil saja. Walaupun termasuk
sejenis benda hidup, plankton tidak mempunyai kekuatan untuk melawan arus, air pasang
atau angin yang menghanyutkannya.
Plankton
hidup di pesisir pantai di mana ia mendapat bekal garam mineral dan cahaya
matahari yang mencukupi. Ini penting untuk memungkinkannya terus
hidup.Mengingat plankton menjadi makanan ikan, tidak mengherankan bila ikan
banyak terdapat di pesisir pantai.Itulah sebabnya kegiatan menangkap ikan aktif
dijalankan di kawasan itu.
Dari
hasil diatas mengenai parameter fisika dan kimia didapat rata-rata kecerahan
adalah 57.5 cm, suhu adalah 27ºc,
kecepatan arus adalah 13;55 detik, kedalaman adalah 66.5 cm dan tipe
substratnya adalah batuan berlumpur, sedangkan salinitasnya adalah 0 dan pH-nya
adalah 6. Kemudian parameter biologi didapat dari sampel plankton yang
spesiesnya adalah Amoeba, Paramecium, dan Nocticula sedangkan sampel benthos
adalah keong sawah .
BAB 5
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Adapun kesimpulan
yang didapatkan pada praktikum Ekologi Perairan kali ini antara lain : ekologi
perairan dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari hubungan timbal
balik atau interaksi antara makluk hidup dengan lingkungannya. Lingkungan yang
di maksud tidak hanya faktor abiotik saja, tapi mencakup parasit, predator dan
kompetitor. Komunitas benthos sangatlah sensitif pada perubahan kualitas air
yang berbatasan dengan motilitas dan kemampuan yang relatif karena merupakan
fungsi indikasi kualitas perairan yang efektif. Dalam praktikum Ekologi
Perairan didapatkan hasil sebagai berikut : Suhu pada sungai biasanya stabil
yaitu 27ºc . pH dari 3 lokasi tersebut pun sama yakni 7. Untuk jenis substrat
pada perairan sungai adalah batu berlumpur, sedangkan salinitasnya adalah 0 .
5.2 Saran
Diharapkan kepada praktikan agar lebih teliti dalam melakukan prosedur
kerja sekaligus perhitungan dari tiap-tiap parameter pengukuran yang dilakukan
sehingga nantinya akan didapatkan hasil yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Arfiati, Diana. 2009. Strategi Peningkatan Kualitas Sumberdaya pada
Ekosistem Perairan Tawar. Universitas Brawijaya : Malang.
Brotowidjoyo, M. D, Djoko T. dan Eko M. 1995. Pengantar Lingkungan
Perairan dan Budidaya Air. Liberty: Yogyakarta
Closs, G, Barbara D and Andrew B. 2004. Freshwater Ecology. Blackwell Publishing: Australia.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius: Yogyakarta
Closs, G, Barbara D and Andrew B. 2004. Freshwater Ecology. Blackwell Publishing: Australia.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius: Yogyakarta
Kristanto, Philip. 2002. Ekologi Industri. LPPM. Universitas Kristen
Petra : Surabaya
Odum, Eugene P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Gadjah Mada University. Press: Yogyakarta
Resosoedarmo, S, Kuswara K dan Aprilani S. 1992. Pengantar Ekologi. Penerbit PT. Remaja Rosda Karya: Bandung
Romimohtarto, K dan Juwana S. 1998. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Jakarta
Odum, Eugene P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Gadjah Mada University. Press: Yogyakarta
Resosoedarmo, S, Kuswara K dan Aprilani S. 1992. Pengantar Ekologi. Penerbit PT. Remaja Rosda Karya: Bandung
Romimohtarto, K dan Juwana S. 1998. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Jakarta
LAMPIRAN
Keterangan : Poses
pengukuran kecepatan arus
Keterangan : sesudah pengambilan
sampel.
Keterangan : saat
pengukuran pH memakai pH meter
Keterangan : Saat
pengukuran salinitas menggunakan refraktometer
Tidak ada komentar:
Posting Komentar