UJI KANDUNGAN FORMALIN PADA IKAN
ASIN
Oleh
DENI SAPUTRA
4443110373
MATA KULIAH BIOKIMIA HASIL PERAIRAN
ABSTRAK
kualitas dan keamanan bahan makanan yang sangat
penting bagi orang sehat. Kualitas makanan
ditinjau dari segi mikrobiologis, fisik dan kandungan gizinya. Pemberian bahan
makanan tambahan, seperti pewarna, pemanis buatan, dan pengawet agar kwalitas
pangan tetap baik, namun bahan pengawet yang biasanya digunakan adalah
formalin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis ikan asin yang
di ambil dari beberapa daerah seperti Kronjo, Karangantu, Labuan, dan Panimbang
untuk menegetahui kandungan formalin secara kualitatif. Pengujian kandungan
formalin pada ikan asin ini menggunakan cairan Antilin AL A dan AL B. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa ikan asin yang diambil dari berbagai daerah
seperti Kronjo, Karangantu, dan Labuan positif (mengandung formalin), sedangkan
sempel ikan asin dari Panimbang negatif (tidak mengandung formalin). Konsumsi
formalin dalam jangka panjang akan menegakibatkan penyakit kanker.
Kata kunci : Ikan asin, Formalin, Antilin
PENDAHULUAN
Pangan merupakan
kebutuhan pokok yang harus dipenuhi manusia untuk bisa tetap mempertahankan
hidup. Tidak heran jika saat ini industri pangan di Indonesia menjadi usaha
yang banyak digeluti masyarakat. Kualitas makanan ditinjau dari segi
mikrobiologis, fisik dan kandungan gizinya. Namun kebanyakan masyarakat
menjadikan kualitas fisik makanan sebagai modal utama agar makanan banyak
diminati konsumen.
Dalam mencapai kualitas
fisik makanan yang baik terkadang didapati para tangan-tangan produsen yang
tidak bertanggung jawab. Pemberian bahan tambahan pangan terkadang dilakukan agar
kualitas fisik makanan terlihat baik. Bahan tambahan pangan seperti zat
pewarna, pengeras, penyedap penguat rasa,
dan pengawet banyak diberikan tanpa memikirkan dampak yang akan dialami
konsumen yang mengkonsumsinya. Bahan tambahan yang biasa digunakan adalah boraks
dan formalin.
Formalin sudah sangat
umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Disektor industri sebenarnya
formalin sangat banyak manfaatnya. Formaldehid mempunyai banyak mamfaat untuk
pembersih lantai, kapal, gudang-gudang, pakaian, pembasmi lalat dan berbagai
serangga. Lemahnya perhatian pemerintah kita, karena selain digunakan dalam
sektor industri, formalin juga disalahgunakan untuk keperluan lain seperti
pengawetan makanan yang sangat tidak baik apabila dikonsumsi oleh tubuh manusia
salahsatunya pada pengawetan ikan asin. Formalin sangat berbahaya jika dihirup,
mengenai kulit dan tertelan. Jika dikonsumsi dalam jangka panjang maka
formadehid dapat merusak hati, ginjal, limpa, pankreas ,dll.
Berdasarkan
hal diatas maka sangatlah penting dilakukan pengujian kandungan formalin pada
ikan asin, diberbagai daerah seperti, Karangantu, Kronjo, Labuan, dan
Panimbang.
METODOLOGI
Pengujian kandungan
formalin pada ikan asin ini, dilaksanakan pada jam 08.00 – 10.00 WIB, bertempat
di Laboratorium KPHP.
Peralatan yang
digunakan pada pengujian kandungan formalin pada ikan asin ini adalah: Erlenyen
mayer, Ulekan, Talenan, Pisau, Pipet bulp, Kompor elektrik, Panci, Saringan,
Mangkuk, Tabung reaksi, Pipet tetes, dan Timbangan digital. Bahan yang
digunakan pada pengujian kandungan formalin pada ikan asin ini adalah: Cairan
Antilin A dan B, Air panas, Ikan asin.
Metode yang digunakan
pada pengujian kandungan formalin pada ikan asin ini menggunakan metode
mencampurkan cairan Antilin A dan B ke-ekstrak ikan asin dengan uraian sebagai
berikut:
a.
Penganbilan
sampel
Sampel ikan asin diambil dari berbagai daerah, seperti
Karangantu, Kronjo, Labuan, dan Panimbang.
b.
Timbang
sampel
Penimbangan sampel menggunakan timbangan digital sebanyak 10
gr, namun sebelumnya sampel dihaluskan terlebih dahulu menggunakan pisau,
talenan,dan ulekan, lalu masukan kedalam erlenmayer
c.
Penambahan
air panas
Penambahan air panas yang mendidih pada sampel ikan asin
sebanyak 20 ml, di kocok-kocok hingga tercampur rata, menggunakan pipet bulb.
d.
Pengambilan
ekstrak
Pengambilan ekstrak dilakukan dengan cara menyaring sampel yg
sudah tercampur dengan air panas, dengan menggunakan saringan, dan dimasukan
ke-mangkuk, lalu masukan kedalam tabung reaksi masing-masing sebanyak 5 ml,
menggunakan pipet tetes.
e.
Penetesan
Antilin A dan B.
Penetesan Antilin A dan B dilakukan masing-masing sebanyak 4
tetes, pada satu sampel saja, dan satu sampel lagi nanti digunakan sebagai
perbandingan.
f.
Pengocokan
Pengocokan sampel dilakukan secara manual selama 10 menit.
g.
Pengamatan
Pengamatan
dilakukan selama proses pengocokan hingga selesai, pengamatan yang dilihat adalah
perubahan warna pada sampel, dan juga pengamatan ini hanya secara kualitatif.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Setelah
dilakukan analisis pada beberapa sempel ikan asin dari beberapa daerah seperti
Karangantu, Kronjo, Labuan, dan Panimbang, menunjukan bahwa kandungan Formalin
pada beberapa sempel ditemukan ada ikan asin yang positif (mengandung formalin)
dan negatif (tidak mengandung formalin). Selengkapnya dapat dilihat pada tabel
1.
Asal Sampel
|
Jenis Ikan
|
Hasil Uji
|
Karangantu
Kronjo
Labuan
Panimbang
Kronjo
Panimbang
|
Pepetek
Pari
Gabus
Pepetek
Pepetek
Kurisi
|
+++
++++
++
-
+
-
|
Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji
Kualitatif Formalin pada Ikan Asin
Kandungan formalin pada
ikan asin dari beberapa daerah di provinsi Banten, seperti Kronjo, Karangantu,
Labuan, dan Panimbang, menunjukan ada yang positif (mengandung formalin)
seperti ikan asin yang berasal dari daerah Karangantu, Kronjo, dan Labuan. Hal
ini menunjukan bahwa ikan asin dari daerah tersebut tidak layak dikonsumsi.
Sedangkan pada sempel ikan asin yang negatif (tidak mengandung formalin)
seperti dari daerah Panimbang, hal tersebut menunjukan bahwa ikan asin dari
daerah tersebut terbebas dari formalin, dan ikan asin dari daerah tersebut
layak dikonsumsi.
Beberapa ciri ikan asin
yang mengandung formalin adalah ikan berwarna cerah, daging liat (tidak mudah
hancur), tidak beraroma khas ikan, dan awet satu bulan pada suhu kamar.
Formalin biasanya
digunakan sebagai zat pengawet mayat. Formalin bersifat bakterisidal sehingga
mampu membunuh semua mikroba. Untuk itu formalin dapat menjaga keawetan bahan
yang menggunakannya (LU, 2006). Namun sifat tersebut juga dapat membuhuh atau
merusak sel – sel yang ada pada jaringan tubuh manusia sehingga pertumbuhan
jaringan tidak teratur. Pertumbuhan atau pembelahan sel yang rusak tidak
teratur penyebab rusaknya struktur jaringan tubuh dan mampu mengakibatkan kanker
(IARC, 1987).
Ikan asin adalah jenis
lauk pauk yang tercapai oleh kalangan menengah kebawah, tapi jika pada
kenyataanya ikan asin itu terkontaminasi oleh formalin, dan jika dikonsumsi
lama-kelamaan, lambat laun penyakit akan datang seperti kangker
.
KESIMPULAN
Dari uji antilin A dan
B, dapat menujunkan bahwa ikan asin dari beberapa daerah seperti Kronjo,
Karangantu, Labuan, dan Panimbang, menunjukan bahwa ikan asin asin yang berasal
dari Kronjo, Karangantu, dan Labuan positif (mengandung formalin) sedangkan
ikan asin dari Panimbangan negatif (tidak mengandung formalin).
SARAN
Formalin sebernarnya
banyak manfaatnya, salahsatunya adalah zat pengawet mayat, namun beberapa
pedagang di beberapa daerah ada yang menyalahgunakan formalin sebagai pengawet
makanan, salah satunya yaitu pada ikan asin, jika dikonsumsi dalam jangka
panjang maka akan menggangu kesehatan. Seharusnya formalin tidak di perjual
belikan secara bebas, sehingga para pedagang tidak bisa mendapatkannya, selalu
berhati-hati dalam memilih makan yang dijual dipasaran.
DAFTAR
PUSTAKA
BSN.
Badan Standar Nasional. Bahan Makanan Tambahan. SNI 01-0222-1995. Himpunan
Standar Nasional Indonesia. Tahun 1995.
BPPOM. Identifikasi Formalin.
BPPOM. Jakarta. Tahun 2002.
LAMPIRAN
Asal sempel Penimbangan
Sempel
Penambahan air panas Pengambilan
ekstrak
Penetesan Antilin AL A
dan AL B Hasil
pengamatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar