Jumat, 26 April 2013

jurnal pengujian kualitatif kandungan formalin pada ikan segar di Provinsi Banten

                                                                                         Laporan Praktikum Biokimia ke-2 Kamis,
 UJI KUALITATIF KANDUNGAN FORMALIN PADA IKAN SEGAR 
DENI SAPUTRA 
4443110373

 ABSTRAK 
    Telah dilakukan praktikum biokimia hasil perairan yang berjudul ‘Uji Kualitatif Kandungan Formalin Pada Ikan Segar’. Yang bertujuan untuk mengetahui ada dan tidaknya kandungan formalin pada ikan segar dan mahasiswa trampil dalam penelitian uji formalin, yang di ambil dari beberapa tempat pelelangan ikan, dari berbagai daerah di Banten. Kualitas dan keamanan bahan makanan yang sangat penting bagi orang untuk menjaga kesehatan, kualitas makanan di tinjau dari segi mikrobiologi, fisik, dan kandungan gizinya. Pemberian bahan makanan tambahan, seperti pewarna, pemanis buatan, dan pengawet agar kualitas pangan tetap baik, namun bahan pengawet yang biasanya digunakan adalah formalin. Formalin adalah bahan pengawet non pangan yang sekarang marak digunakan. Pengujian kualitatif kandungan formalin pada ikan segar ini mengguanakan cairan Antilin AL A dan Antilin AL B. Hasil penelitian ini menunjukan penggunaan formalin untuk mengawetkan ikan segar di beberapa daerah di Banten adalah positif (mengandung formalin), tapi ada beberapa jenis ikan yang negatif (tidak mengandung formalin) seperti di TPI Kronjo dan Lontar. Kata kunci : Antilin, Formalin, Ikan segar. 

 PENDAHULUAN 
   Pangan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi manusia untuk bisa tetap mempertahankan hidup. Tidak heran jika saat ini industri pangan di Indonesia menjadi usaha yang banyak digeluti masyarakat. Kualitas makanan ditinjau dari segi mikrobiologis, fisik dan kandungan gizinya. Namun kebanyakan masyarakat menjadikan kualitas fisik makanan sebagai modal utama agar makanan banyak diminati konsumen. Dalam mencapai kualitas fisik makanan yang baik terkadang didapati para tangan-tangan produsen yang tidak bertanggung jawab. Pemberian bahan tambahan pangan terkadang dilakukan agar kualitas fisik makanan terlihat baik. Bahan tambahan pangan seperti zat pewarna, pengeras, penyedap penguat rasa, dan pengawet banyak diberikan tanpa memikirkan dampak yang akan dialami konsumen yang mengkonsumsinya. Bahan tambahan yang biasa digunakan adalah boraks dan formalin. Formalin sudah sangat umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari. 
   Disektor industri sebenarnya formalin sangat banyak manfaatnya. Formaldehid mempunyai banyak mamfaat untuk pembersih lantai, kapal, gudang-gudang, pakaian, pembasmi lalat dan berbagai serangga. Lemahnya perhatian pemerintah kita, karena selain digunakan dalam sektor industri, formalin juga disalahgunakan untuk keperluan lain seperti pengawetan makanan yang sangat tidak baik apabila dikonsumsi oleh tubuh manusia salah satunya pada pengawetan ikan segar. Formalin sangat berbahaya jika dihirup, mengenai kulit dan tertelan. Jika dikonsumsi dalam jangka panjang maka formadehid dapat merusak hati, ginjal, limpa, pankreas ,dll. Berdasarkan hal diatas maka sangatlah penting dilakukan pengujian kandungan formalin pada ikan segar, diberbagai daerah seperti, Karangantu, Kronjo, Labuan, Carita, Lontar, dan Panimbang.

METODOLOGI 
     Pengujian kandungan formalin pada ikan segar ini, dilaksanakan pada jam 08.00 – 10.00 WIB, bertempat di Laboratorium KPHP. 
      Peralatan yang digunakan pada pengujian kandungan formalin pada ikan segar ini adalah: Erlenyen mayer, Ulekan, Talenan, Pisau, Pipet bulp, Kompor elektrik, Panci, Saringan, Mangkuk, Tabung reaksi, Pipet tetes, dan Timbangan digital. Bahan yang digunakan pada pengujian kandungan formalin pada ikan asin ini adalah: Cairan Antilin A dan B, Air panas, Ikan segar. 
      Metode yang digunakan pada pengujian kandungan formalin pada ikan asin ini menggunakan metode mencampurkan cairan Antilin A dan B ke-ekstrak ikan asin dengan uraian sebagai berikut: Timbang sampel ( 10 gr ) Tambahkan air panas ( 20 ml ) Ambil cairan ekstrak ( 5 ml ) 1. Teteskan Antilin AL A ( 4 tetes ) 2. Teteskan Antilin AL B ( 4 tetes ) Kocok dan diamkan selama ± 10 menit Pengamatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL 
    Setelah di lakukan penelitian terhadap kandungan formalin pada ikan segar dari beberapa tempat pelelangan ikan di Banten, dan hasilnya adalah sebagai berikut: Tabel 1. Data Uji Kualitatif Kandungan Formalin Pada Ikan Segar Keterangan : - = Negatif + = Positif 1 ++ = Positif 2 +++ = Positif 3 Asal Sampel Jenis Ikan Hasil Uji Formalin Keterangan TPI Carita TPI Karangantu TPI Lontar TPI Labuan TPI Kronjo TPI Panimbang 1. Selar 2. Kembung 1. Tongkol 2. Teri nasi 1. Kembung 2. Kuro 1. Pari 2. Kakap 1. Selar 2. Barakuda 1. Udang 2. Kembung + + ++ + +++ - + - - - +++ + Satu nelayan Satu nelayan Satu nelayan Beda nelayan Beda nelayan Beda nelayan.

PEMBAHASAN 
    Pada praktikum pengujian kualitatif kandungan formalin pada ikan segar ini, dilakukan dengan cara mengambil ekstrak ikan segar, dan diberi cairan antilin AL A dan B. Sampel yang fositif mengandung formalin, ekstrak sampel ikan segar akan berubah menjadi warna ungu, semakin tinggi kandungan formalin maka semakin pekat warna ungu ekstrak tersebut. Dari tabel 1. Data uji kualitatif kandungan formalin pada ikan segar, dapat di deskripsikan bahwa sampel ikan segar yang di ambil dari beberapa tempat pelelangan ikan di daerah Provinsi Banten, sebagian besar fositif (mengandung formalin), seperti di tempat pelelangan ikan Carita, Panimbang, Kronjo dan Karangantu, sedangkan untuk tempet pelelangan ikan Labuan dan Lontar hanya sebagian nelayan saja yang menggunakan formalin. Untuk tempat pelelangan ikan Kronjo negatif (tidak mengandung formalin), jadi untuk di Kronjo relatif aman untuk mengkonsumsi ikan segar dari para nelayan. Formalin biasanya digunakan sebagai zat pengawet mayat. Formalin bersifat bakterisidal sehingga mampu membunuh semua mikroba. Untuk itu formalin dapat menjaga keawetan bahan yang menggunakannya (LU, 2006). Namun sifat tersebut juga dapat membuhuh atau merusak sel – sel yang ada pada jaringan tubuh manusia sehingga pertumbuhan jaringan tidak teratur. Pertumbuhan atau pembelahan sel yang rusak tidak teratur penyebab rusaknya struktur jaringan tubuh dan mampu mengakibatkan kanker (IARC, 1987). 
KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN 
   Dari hasil dan pembahasan dapat di simpulkan bahwa, hasil pengujian secara kualitatif kandungan formalin pada ikan segar yang di ambil dari beberapa tempat pelelangan ikan di provinsi Banten hampir sebagian besar para nelayan menggunakan formalin untuk menjaga kualitas ikan yang didapat dari penangkapan sampai ke konsumen. Dan para praktikan mampu da trampil dalam melakukan pengujian kandungan formalin pada ikan segar.

SARAN 
    Formalin sebernarnya banyak manfaatnya, salahsatunya adalah zat pengawet mayat, namun beberapa nelayan di beberapa daerah ada yang menyalahgunakan formalin sebagai pengawet ikan hasil tangkapannya, jika dikonsumsi dalam jangka panjang maka akan menggangu kesehatan. Seharusnya formalin tidak di perjual belikan secara bebas, sehingga para nelayan tidak bisa mendapatkannya dengan mudah, dan selalu hati-hati dalam mengkonsumsi ikan segar yang ada di pasaran, bukannya menyehatkan, malah membuat penyakit didalam tubuh kita. 

DAFTAR PUSTAKA

 BSN.1995. Badan Standar Nasional. Bahan Makanan Tambahan. SNI 01-0222-1995. Himpunan Standar Nasional Indonesia. BPPOM. 2002 Identifikasi Formalin. BPPOM. Jakarta. http://www.reindo.co.id/reinfokus/edisi23/identifikasi_formalin.htm. di akses 15 April 2013  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar