Jumat, 04 Oktober 2013

LAPORAN EKOLOGI PERAIRAN

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN
EKOSISTEN PERAIRAN MENGALIR






PERTANIAN.jpg




Disusun oleh :
DENI SAPUTRA
4443110373

JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl Raya Jakarta Km. 4 Pakupatan Kota Serang Banten

2 0 1 2 
KATA PENGANTAR

Puji syukur  kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala perkenan-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan praktikum mata kuliah ekologi perairan ini. Kami menyadari bahwa laporan ini tidak terlepas dari bantuan pihak yang telah memberikan konstribusi pemikiran sehingga penyusunan laporan ini selesai. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak terutama kepada Dosen dan asisten dosen praktikum mata kuliah ekologi perairan ini.
            Dengan dibuatnya laporan praktikum ini diharapkan kepada pembaca mampu menyerap ilmu dan mengaplikasikannya dengan baik. Dalam hal ini, pembaca dapat memahami materi yang ada dalam laporan ini. Dengan demikian diharapkan tujuan intruksional yang ingin di capai dapat di peroleh secara maksimal mungkin.
            Penulis menyadari sebagai manusia biasa tidak luput dari salah dan lupa, sehingga laporan ini masih banyak kekurangan.
            Dengan tersusunnya laporan praktikum Ekologi perairan Perairan ini, saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini sangat kami harapkan.


Serang, Desember 2012

         Penulis,

i
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR………………………………………………………………i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..ii

BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………..1
            1.1 Latar Belakang…………………………………………………………..1
            1.2 Tujuan……………………...……………………………………………2

BAB  2 TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………….…3
            2.1 Parameter Fisika Perairan……………………………………………..…3
            2.2 Parameter Kimia Perairan……………………………………………..…6
            2.4 Parameter Biologi Perairan……………………………………………....7

BAB 3 METODOLOGI………………………………………………………..……11
            3.1 Waktu dan Tempat………………………………………………………11
            3.2 Alat dan Bahan…………………………………………………………..11
            3.3 Metode Pengumpulan Data……………………………………………...11

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………..…….14
            4.1 Hasil …………………………………………………………..…………14
            4.2 Pembahasan……………………………………………………...………18

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………...…20
            5.1 Kesimpulan………………………………………………………………20
            5.2 Saran……………………………………………………………………..20
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..……21
LAMPIRAN…………………………………………………………………...…….22

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan-hubungan timbal balik antar organisme hidup dengan lingkungannya. Salah satu kajian dari ekologi adalah ekosistem tempat organism itu hidup. Ekosistem (satuan fungsi dasar dalam ekologi) adalah suatu sistem yang didalamnya terkandung komunitas hayati dan saling mempengaruhi antara komponen biotik dan abiotik. Berdasarkan salinitasnya ekosistem perairan dibedakan menjadi tiga yaitu ekosistem perairan tawar, ekosistem perairan payau, dan ekosistem perairan laut (E.P. Odum,1998)
Menurut Anggraini (2007), perairan permukaan diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama yaitu badan air tergenang (standing water atau lentik) dan badan air mengalir (flowing water atau lotik). Ekosistem perairan mengalir merupakan perairan terbuka yang dicirikan dengan adanya arus dan perbedaan gradien lingkungan serta interaksi antara faktor biotik dan abiotik (Sutrisno, 1991). Salah satu bentuk dari perairan mengalir adalah sungai. Sungai adalah suatu perairan terbuka, memiliki arus, adanya perbedaan gradien lingkungan, serta masih memiliki pengaruh-pengaruh daratan. Sungai memiliki beberapa ciri antara lain : memiliki arus, resident time (waktu tinggal arus) cepat, organisme yang ada memiliki adaptasi biota khusus, substrat umumnya berupa batu, kerikil, pasir, dan lumpur, tidak terdapat stratifikasi suhu dan oksigen, serta sangat mudah mengalami pencemaran dan mudah pula menghilangkannya (Odum, 1993).
Faktor yang diamati adalah parameter fisika yang diukur meliputi suhu, kecerahan, kedalaman, kecepatan arus dan kenduktivitas. Sedangkan parameter kimia yang digunakan yaitu pH yang diukur dengan menggunakan pH meter. Suhu dengan pengukuran menggunakan thermometer sebesar, kedalaman yang diukur dengan menggunakan sech dish, kecerahan, dan konduktivitasnya. Hal-hal yang mempengaruhi ekosistem perairan adalah faktor fisika dan kimia, faktor kimia dan faktor fisika akan mempengaruhi jumlah, komposisi, keanekaragaman jenis, produktivitas perairan.

1.2    Tujuan
Adapun Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengertian ekosistem perairan tergenang. Untuk mengetahui dan memahami faktor yang berpengaruh terhadap perairan mengalir dan mengetahui parameter fisika, kimia, kimia dan biologi.


















BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Parameter Fisika Perairan
a. Kecerahan
Menurut Pratama (2009), menyatakan bahwa kecerahan merupakan ukuran transportasi perairan, yang ditentukan secara visual dengan menggunakan secchidisk. Kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan ke dalam air dan dinyatakan dengan (0/00), dari beberapa panjang gelombang di daerah spectrum yanh terlihat cahaya yang melalui lapisan sekitar 1 meter, jatuh agak lurus pada permukaan air. Stratifikasi kolam air pada perairan tergenang yang disebabkan oleh intensitas cahaya yang masuk ke perairan dibagi menjadi 3 kelompok yaitu lapisan Eutrofik, lapisan Kompensasi dan lapisan Preufondal.
Menurut Akrimi dan Subroto (2002),menyatakan bahwa kecerahan air berkisar antara 40-85 cm,tidak menunjukkan perbedaan yang besar.Kecerahan pada musim kemarau adalah 40-85 cm,dan pada musim hujan antara 60-80 cm,kecerahan air di bawah 100 cm tergolong tingkat kecerahan rendah. Berdasarkan intensitas cahaya perairan Bahari secara verttikial bibagi menjadi 3 wilayah,yaitu zona Eupoti, zona disfotik dan zona Afotik.

b. Salinitas
Salinitas menggambarkan padatan total di dalam air. Setelah semua karbonat dikonversi menjadi oksida,semua bromide dan iodide digantikan oleh klorida dan semua bahan anorganik telah dioksida. Salinitas dinyatakan dalam satuan g/kg atau promil (%). Nilai salinitas perairan tawar biasanya kurang dari 5%. Perairan payau antara 0,50%-30%, dan perairan laut 30%-40%. Pada perairan pesisir, nilai salinitas sangat dipengaruhi oleh masuknya air tawar di sungai (Pratama, 2009).
Menurut Agrifishery (2010), menyatakan bahawa salinitas dapat dilakukan dengan pengukuran dengan menggunakan alat yang disebut dengan pengukuran dengan menggunakan alat yang disebut dengan refraktometer atau salinometer. Satuan untuk pengukuran salinitas adalah satuan gram per kilogram (ppt) atau promil (%). Nilai salinitas untuk perairan tawar biasanya berkisar antara 6-89 ppt dan perairan laut berkisar antara 30-35 ppt.

c. Suhu
Menurut Maire dalam Arfiati (1989), menyatakan bahwa suhu secara ekologi akan mempengaruhi penyebaran (distribusi) spesies. Karena organisme cenderung menempati lingkungan yang bersuhu sesuai bagi kehidupannya. Suhu secara fisiologi dapat mempengaruhi berbagai aktivitas biologi di dalam sel. Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude) waktu dalam air, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran air, serta kedalaman badan air. Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viscusitas, rekasi kimia, evaporasi dan volansisasi. Peningkatan suhu ini disertai dengan penurunan kadar oksigen terlarut sehingga keberadaan oksigen melakukan proses metabolisme dan respirasi. Ikan akan mengalami kerentanan tehadap penyakit pada suhu  yang kurang optimal. Fluktuasi suhu yang terlalu beasr akan menyebabkan ikan stress yang dapat mengakibatkan kematian pada ikan (Pratama, 2009)
Menurut Wibawa (2010), menyatakan bahwa stratifikasi suhu pada kolam air dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
1.   Lapisan Epilimnion yaitu lapisan sebelah atas perairan yang hangat dengan penurunan suhu relatif kecil (dari 320 C menjadi 280 C).
2.   Lapisan termokim yaitu lapisan tengah yang mempunyai penurunan suhu sangat tajam (dari 280 C menjadi 210 C).
3.   Lapisan lipolimnion yaitu lapisan paling bawah dimana pada lapisan ini perbedaan suhu sangat kecil, relatif konstan.

d. Kecepatan arus
Menurut Hynes dalam Arfiati (1989), menyatakan bahwa kuat lemahnya arus dapat mempengaruhi komunitas perifoton dan  berbagai komunitas hidrobiotik lainnya. Perairan berarus lemah, lebih banyak dihuni oleh perifeton dari pada perairan berarus kuat. Pada perairan berarus kuat, dengan kecepatan arus 1,21m/detik atau lebih sehingga hanya organisme-organisme yang dapat menempel dengan kuat saja yang dapat menetap karena tidak terbawa arus. Beda perairan berarus lemah dengan kecepatan arus 0,20 m/detik, algae perifeton akan lebih mudah berkembang, tetapi pada kecepatan arus kuat (1,00 m/detik) jumlah dan jenis alga perifeton akan menurun karena adanya tekanan mekanik arus (Liudstrom dan traen dalam Tesis, Arfiati, 1989).
e. Tipe Substrat
Menurut Flamid (2010), bahan tak hidup yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri dari tanah, air, udara, sinar matahari, bahan lain hidup merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan atau lingkungan tempat hidup.
Menurut Djum 1971 dalam Sahri et al. 2000. substrat dasar yang berupa batuan merupakan habitat yang penting baik dibandingkan dengan substrat pasir dan kerikil. Substrat pasir dan kerikil mudah sekali terbawa oleh arus air. Sedangkan substrat batuan tidak mudah terbawa oleh arus air. Kandungan bahan organik menggambarkan tipe dan substrat dan kandungan nutrisi di dalam perairan. Tipe substrat berbeda-beda seperti pasir Lumpur dan tanah liat (Sembiring, 2008)
Menurut Suliati (2006), kecerahan arus sungai dipengaruhi oleh kemiringan. Kekasanan kadar sungai. Kedalaman dan kelebaran sungai sehingga kecepatan arus di sepanjang aliran sungai dapat berbeda-beda yang selanjutnya akan mempengaruhi jenis substrat dasar sungai pada umumnya, tipe substrat dalam sungai dapat berupa Lumpur, pasir, kerikil dan sampah.

2.2 Parameter Kimia
            a.  pH
pH adalah cerminan dari derajat keasaman yang diukur dari jumlah ion hydrogen menggunakan rumus umum pH=-log(H+). Air murni terdiri dari ion H+dan OH- dalam jumlah berimbang hingga pH air murni biasanya 7. Makin banyak ion OH- dalam cairan makin rendah ion H+ dan makin tinggi Ph. Cairan demikian disebut cairan alkalis. Sebaliknya makin banyak ion H+ makin rendah Ph dan cairan tersebutbersifat masam. Sebagian besar danau ber pH 6-9. Danau sadah (soda lake)ber pH 11,5. Danau asam dapat disebabkan karena hujan asam akibat polustri industry sehingga kapasitas buffer menghilang. Danau di padang pasir Afrika Tengah (Danau Utan)=air yang masuk lebih kecil dan jumklah air yang keluar. Akibatnya menjadi danau yang alkali. Sehingga variasi tanaman dan hewan juga rendah (Arfiati, 2001).
            b.   DO
Menurut Arfiati (2001),menyatakan bahwa air yang sangat dingin mengandung kurang dari 5% O2 dan akan menurun jika suhu air bertambah. Berkurangnya O2 karena respirasi dan dekomposisi. Perairan dengan O2 tinggi, keragaman organism biasanya tinggi. Jika O2 menurun,hanya organism yang toleran saja yang dapat hidup di tempat tersebut. Variasi O2 danau oligotroph biasanya rendah, sebaliknya danau eutroph tinggi. Sumber-sumber O2: Atmosfer : difusi, angin dan Fotosintesis.
Menurut Sudaryati(1991), menyatakan bahwa di perairan alam konsentrasi oksigen terlarut dalam fungsi dari proses biologi seperti proses fotosintesa dan respirasi dan proses fisika seperti pergerakan air dan suhu. Di permukaan air konsentrasi oksigen rendah, dikedalaman tertentu di daerah fotik mencapai maksimum, dan di dasar perairan konsentrasinya menurun lagi, selama stratifikasi panas, konsentrasi oksigen terlarut di dasar perairan rendah karena pengambilan oleh mikroba untuk respirasi.

2.3 Parameter Biologi
            a. periphyton
Perifiton adalah komunitas organisme yang hidup di atas atau sekitar substrat yang tenggelam.  Substrat tersebut dapat berupa batu-batuan, kayu, tumbuhan air yang tenggelam, dan kadangkala pada hewan air (Odum 1971).
Menurut Weitzel (1979), perifiton terdiri dari mikroflora yang tumbuh pada semua substrat tenggelam. Pada umumnya perifiton di perairan mengalir terdiri dari diatom, (Bacillariophyceae), alga biru berfilamen (Myxophyceae), alga hijau berfilamen (Chlorophyceae), bakteri atau jamur berfilamen, protozoa, dan rotifera (tidak banyak pada perairan tidak tercemar), serta beberapa jenis serangga (Welch 1952).  Berdasarkan tipe substrat  tempat menempelnya, perifiton dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1)    Epilithic, perifiton yang menempel pada batu.
2)   Epipelic, perifiton yang menempel pada permukaan sedimen.
3)    Epiphytic, perifiton yang menempel atau hidup pada permukaan daun atau batang tumbuhan.
4)   Epizoic, perifiton yang menempel pada permukaan tubuh hewan.
5)    Epidendritic, perifiton yang menempel pada kayu.
6)    Epipsamic, perifiton yang menempel pada permukaan pasir




b. Benthos
Bentos adalah organisme yang hidup di dasar perairan (substrat) baik yang sesil, merayap maupun menggali lubang. Bentos hidup di pasir, lumpur, batuan, patahan karang atau karang yang sudah mati. Substrat perairan dan kedalaman mempengaruhi pola penyebaran dan morfologi fungsional serta tingkah laku hewan bentik.Hal tersebut berkaitan dengan karakteristik serta jenis makanan bentos.
Organisme yang termasuk makrozoobentos diantaranya adalah: Crustacea, Isopoda, Decapoda, Oligochaeta, Mollusca, Nematoda dan Annelida. Klasifikasi benthos menurut ukurannya : Makrobenthos merupakan benthos yang memiliki ukuran lebih besar dari 1 mm (0.04 inch), contohnya cacing, pelecypod, anthozoa, echinodermata, sponge, ascidian, and crustacea. Meiobenthos merupakan benthos yang memiliki ukuran antara 0.1 - 1 mm, contohnya polychaete, pelecypoda, copepoda, ostracoda, cumaceans, nematoda, turbellaria, dan foraminifera. Mikrobenthos merupakan benthos yang memiliki ukuran lebih kecil dari 0.1 mm, contohnya bacteri, diatom, ciliata, amoeba, dan flagellata (Anonymous, 2012).
           
                      c.  Plankton
Secara sederhana plankton diartikan sebagai hewan dan tumbuhan renik yang terhanyut di laut.  Nama plankton berasal dari akar kata Yunani “planet” yang berarti pengembara. Istilah plankton pertama kali diterapkan untuk organisme di laut oleh Victor Hensen direktur Ekspedisi Jerman pada tahun 1889 (Charton dan Tietjin, 1989).
Plankton terdiri dari dua kelompok besar organisme akuatik yang berbeda yaitu organisme fotosintetik atau fitoplankton dan organisme non fotosintetik atau zooplankton.



→     Fitoplankton
Fitoplankton adalah organisme yang hidup melayang-layang di dalam air, relatif tidak memiliki daya gerak, sehingga eksistensinya sangat dipengaruhi oleh gerakan air seperti arus, dan lain-lain (Odum 1971).  Menurut Reynolds (1984), fitoplankton yang hidup di air tawar terdiri dari tujuh kelompok besar filum, yaitu: Cyanophyta (alga biru), Cryptophyta, Chlorophyta (alga hijau), Chrysophyta, Pyrrhophyta (dinoflagellates), Raphydophyta, dan Euglenophyta.
Setiap jenis fitoplankton yang berbeda dalam kelompok filum tersebut mempunyai respon yang berbeda-beda terhadap kondisi perairan, sehingga 9 komposisi jenis fitoplankton bervariasi dari satu tempat ke tempat lain (Welch, 1952).
Menurut Welch (1952), plankton air tawar dibedakan menjadi limnoplankton dan rheoplankton. Limnoplankton adalah plankton yang hidup di perairan tergenang, sedangkan rheoplankton adalah plankton yang hidup di perairan mengalir. Beberapa faktor yang mempengaruhi distribusi kelimpahan fitoplankton dalam suatu perairan adalah arus, kandungan unsur hara, predator, suhu, kecerahan, kekeruhan, pH, gas-gas terlarut,  maupun kompetitor. 

→   Zooplankton
Zooplankton merupakan plankton hewani yang terhanyut secara pasif karena terbatasnya kempuan bergerak. Berbeda dengan fitoplankton , zooplankton hampir meliputi seluruh filum hewan mulai dari protozoa (hewan bersel tunggal) sampai filum Chordata (hewan bertulang
d. Nekton
Nekton adalah organisme yang dapat berenang dan bergerak dengan kemauan sendiri. Kelompok organisme yang termasuk nekton adalah : Vertebrata (ikan bertulang rawan, seperti hiu dan pari ; ikan bertulang keras, seperti kakap, tuna, dll ; penyu ; ular ; mamalia laut, seperti paus). Mollusca (sotong dan cumi-cumi).
            e. Neuston
Neuston, adalah  organisme yang hidupnya berada di atas permukaan air. Yang termasuk kedalam neuston adalah serangga air.

















BAB 3
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat
            Kegiatan praktikum Ekologi Perairan mengenai Ekosisten Perairan Mengalir dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 18 November 2012 dan menganalisis plankton dan bhentos pada hari Jum’at, tanggal 30  November tepatnya pukul 09.00 WIB. Adapun tempat pelaksanaan di labotarium Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang Banten.

3.2 Alat dan Bahan
            Dalam kegiatan praktikum Ekologi Perairan mengenai Ekosisten Perairan Mengalir, adapun alat yang digunakan seperti bola pimpong, meteran, transek, seckhidisk, sendok semen, DO meter, pH meter, dan Refractometer. Kemudian menggunakan bahan seperti sampel air, sampel plankton, sampel benthos dan alkohol.

3.3 Prosedur Kerja
a. Kecerahan
Dalam pengamatan kecerahan digunakan alat secchi disk yang dimasukan dalam perairan. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali di setiap substasiun secara diagonal agar mewakili kecerahan tiap-tiap substasiun. Alat secchi disk yang terdiri dari warna hitam dan putih dicelupkan ke dalam air secara tegak lurus dengan perlahan-lahan. Untuk pengamatan pertama diperhatikan ketika warna putih secchi disk mulai tidak tampak, ini dicatat sebagai D1. Setelah itu secchi disk diangkat kembali dengan perlahan dan ketika warna putih mulai terlihat dicatat sebagai D2. 
b. Suhu 
Untuk mengetahui suhu perairan dilakukan dengan menggunakan termometer lapangan. Caranya yaitu dengan mencelupkan termometer secara perlahan ke dalam air, dengan memegang tali yang diikatkan pada termometer agar suhu tubuh praktikan tidak mempengaruhi suhu yang ada pada termometer, kemudian dilihat skala suhunya setelah dicelupkan ke dalam air selama kira-kira 1 menit. Pengukuran suhu dilakukan sebanyak tiga kali ulangan di tiap SS secara diagonal agar mewakili suhu tiap-tiap substasiun.

c. Kedalaman
 
Pengukuran kedalaman dilakukan dengan paralon berskala. Paralon berskala ini dimasukkan ke dalam perairan dengan posisi tegak sampai menyentuh dasar perairan. Batas yang ditunjukkan pada paralon adalah kedalaman dari perairan tersebut. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali ulangan pada setiap substasiun. 
d. Tipe Substrat
Menentukan tipe substrat dilakukan dengan cara manual. Yaitu dengan memasukkan tangan atau benda yang dapat memastikan substrat di dalam perairan, kemudian disentuh dan diambil sedikit substrat pada tiap-tiap substasiun untuk diamati secara visual. 
e. Kecepatan Arus 
Kecepatan arus dilakukan dengan menggunakan bola pingpong yang ditaruh di permukaan sungai sejalan arah arus, di sampingnya telah diletakkan pipa yang bertujuan untuk mengukur jarak yang ditempuh bola pingpong dengan menghitung waktu yang diperlukan oleh bola pingpong untuk sampai pada ujung pipa lainnya dengan menggunakan stopwatch. 
f. Lebar Sungai dan Lebar Badan Sungai 
Pengukuran lebar sungai dan lebar badan sungai dilakukan pengukuran dari ujung sisi yang satu ke ujung sisi yang lainnya, biasanya lebar badan sungai lebih lebar dari lebar sungai, lebar badan sungai diukur dari ujung sisi sungai hingga ke ujung lainnya, sedangkan lebar badan sungai diukur dari ujung sisi sungai yang masih terdapat air hingga ujung sisi lainnya yang masih terdapat air . 
g. Plankton 
Sampel plankton diambil dengan cara menyaring air lapisan permukaan sebanyak 100 liter dengan menggunakan ember yang memiliki volume 10 liter. Sampel tersebut di saring menggunakan planktonet dengan ukuran 45μm, air sampel yang tersaring dimasukkan ke dalam botol sampel bervolume 30 ml dan diawetkan menggunakan pengawet lugol sebanyak 3-5 tetes dan kemudian diamati di labotarium menggunakan mikroskop.
h. Perifiton 
Perifiton diambil dengan mengerik substrat berukuran 2x2cm yang telah kita dapatkan yang berupa kayu-kayu ataupun bebatuan. Hasil pengerikan tersebut kita sediakan dalam kaca preparat untuk kita amati dengan mikroskop. 
i. Bentos 
Pengambilan bentos dilakukan dengan menggunakan surber yang diletakkan di dasar sungai, dasar perairan diaduk dahulu, surber diserok ke dasar perairan agar substrat dapat terambil, kemudian dipisahkan bentosnya dan dimasukkan ke dalam plastik. 
j. salinitas
            Pengambilan sampel salinitas dilakukan dengan refraktometer yang di bersikan dengan aquadest lalu Bersihkan dengan kertas tisyu sisa aquadest yang tertinggal dan teteskan air sampel yang ingin diketahui salinitasnya kemudian lihat ditempat yang bercahaya dan akan tampak sebuah bidang berwarna biru dan putih lalu Garis batas antara kedua bidang itulah yang menunjukan salinitasnya.
k. pH
            pengambilan sampel pH dengan menggunakan keretas indikator dilakukan dengan memasukan keretas pH kedalam air selama 10 s/d 30 detik kemudian ambil dan amati warna yang paling cerah pada tabel pH yang ada pada bungkus keretas indikatornya, sedangkan pengambilan sampel dengan alat pH meter dilakukan dengan mencelupkan bagian indikator bagian sensitifnya kedalam air terus kita tinggal melihat berapa pHnya pada monitor.
 .







BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
4.1.1. Parameter Fisika
            ¤  Kecerahan
                        Pengamatan 1 : 60+70/2 = 65
                        Pengamatan 2 : 50+60/2 = 55
                        Pengamatan 3 : 40+65/2 = 52,5
            ¤  Suhu
                        Pengamatan 1 : 27ºc
                        Pengamatan 2 : 27ºc
                        Pengamatan 3 : 27ºc
            ¤ Kedalaman
                        Tinggi pinggir : 50 cm
Tinggi Tengah : 83 cm
            ¤ Tipe Substrat
                        Pada perairan sungai mengalir banyak ditemukan batuan berlumpur.


            ¤ Kecepatan Arus
                        Pengamatan 1 : 13;25 detik
                        Pengamatan 2 : 17;38 detik
                        Pengamatan 3 : 10;03 detik
            ¤ Lebar Sungai dan Panjang Sungai
                        Lebar Sungai : 15 m
                        Panjang Sungai : 25 m

4.1.2 Parameter Kimia
            ¤ Salinitas
                        Pengamatan 1 : 0
                        Pengamatan 2 : 0
                        Pengamatan 3 : 0
            ¤ pH
            →Menggunakan keretas indikator ;
                        Pengamatan 1 : 6
                        Pengamatan 2 : 6
                        Pengamatan 3 : 6


            →Menggunakan pH meter ;
                        Pengamatan 1 : 8,92
                        Pengamatan 2 : 8,96
                        Pengamatan 3 : 8,84
4.1.3 Parameter biologi
            ¤ Identifikasi plankton           
NO
Nama Sampel
Gambar
Jumlah
1
Amoeba




Lebih dari 10
2
Paramecium




Lebih dari 10
3
Nocticula




Lebih dari 5






            ¤ Identifikasi Benthos
NO
Nama Sampel
Gambar
Jumlah
1
Kerang Dara




Lebih dari 5
2
Keong sawah




2 sampel


4.2 Pembahasan
      Dalam parameter fisika kita berkonsentrasi pada suhu, kecerahan, dan kecepatan arus. Pada parameter suhu kita menggunakan termometer. Sementara pada kecerahan alat bantu pengukuran menggunakan secidish. Secidish adalah alat berupa piringan yang terdapat warna hitam dan putih dengan tujuan agar mempermudah proses pengamatan di dalam air. Secidish dimodifikasi dengan meletakkan tongkat bersekala di kengahnya. Kecepatanarus dapat diketahui dengan cara sederhana, yaitu meletakkan bola pingpong pada arus air dan mengukur pergerakan bola tersebut hingga jarak yang ditentukan.
Sementara itu kami juga melakukan pengukuran terhadap parameter kimia, seperti DO, pH, Salinitas. DO dapat diukur dengan menggunakan alat yang dinamakan DO meter. Sementara salinitas dapat diketahui dengan menggunakan alan refrakto meter, dan lakmus atau pH meter digunakan sebagai alat untuk mengukur pH atau kadar keasaman.
Plankton didefinisikan sebagai organisme hanyut apapun yang hidup dalam zona pelagik (bagian atas) samudera, laut, dan badan air tawar.Secara luas plankton dianggap sebagai salah satu organisme terpenting di dunia, karena menjadi bekal makanan untuk kehidupan akuatik.
Bagi kebanyakan makhluk laut, plankton adalah makanan utama mereka.Plankton terdiri dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan laut.Ukurannya kecil saja. Walaupun termasuk sejenis benda hidup, plankton tidak mempunyai kekuatan untuk melawan arus, air pasang atau angin yang menghanyutkannya.
Plankton hidup di pesisir pantai di mana ia mendapat bekal garam mineral dan cahaya matahari yang mencukupi. Ini penting untuk memungkinkannya terus hidup.Mengingat plankton menjadi makanan ikan, tidak mengherankan bila ikan banyak terdapat di pesisir pantai.Itulah sebabnya kegiatan menangkap ikan aktif dijalankan di kawasan itu.
Dari hasil diatas mengenai parameter fisika dan kimia didapat rata-rata kecerahan adalah 57.5 cm, suhu adalah  27ºc, kecepatan arus adalah 13;55 detik, kedalaman adalah 66.5 cm dan tipe substratnya adalah batuan berlumpur, sedangkan salinitasnya adalah 0 dan pH-nya adalah 6. Kemudian parameter biologi didapat dari sampel plankton yang spesiesnya adalah Amoeba, Paramecium, dan Nocticula sedangkan sampel benthos adalah keong sawah .






BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1  Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan pada praktikum Ekologi Perairan kali ini antara lain : ekologi perairan dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik atau interaksi antara makluk hidup dengan lingkungannya. Lingkungan yang di maksud tidak hanya faktor abiotik saja, tapi mencakup parasit, predator dan kompetitor. Komunitas benthos sangatlah sensitif pada perubahan kualitas air yang berbatasan dengan motilitas dan kemampuan yang relatif karena merupakan fungsi indikasi kualitas perairan yang efektif. Dalam praktikum Ekologi Perairan didapatkan hasil sebagai berikut : Suhu pada sungai biasanya stabil yaitu 27ºc . pH dari 3 lokasi tersebut pun sama yakni 7. Untuk jenis substrat pada perairan sungai adalah batu berlumpur, sedangkan salinitasnya adalah 0 .

5.2  Saran
Diharapkan kepada praktikan agar lebih teliti dalam melakukan prosedur kerja sekaligus perhitungan dari tiap-tiap parameter pengukuran yang dilakukan sehingga nantinya akan didapatkan hasil yang optimal.





DAFTAR PUSTAKA

Arfiati, Diana. 2009. Strategi Peningkatan Kualitas Sumberdaya pada Ekosistem Perairan Tawar. Universitas Brawijaya : Malang.

Brotowidjoyo, M. D, Djoko T. dan Eko M. 1995. Pengantar Lingkungan Perairan dan Budidaya Air. Liberty: Yogyakarta

Closs, G, Barbara D and Andrew B. 2004. Freshwater Ecology. Blackwell Publishing: Australia.

Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius: Yogyakarta

Kristanto, Philip. 2002. Ekologi Industri. LPPM. Universitas Kristen Petra : Surabaya

Odum, Eugene P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Gadjah Mada University. Press: Yogyakarta

Resosoedarmo, S, Kuswara K dan Aprilani S. 1992. Pengantar Ekologi. Penerbit PT. Remaja Rosda Karya: Bandung

Romimohtarto, K dan Juwana S. 1998. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Jakarta



LAMPIRAN

Keterangan : Poses pengukuran kecepatan arus
Keterangan : sesudah pengambilan sampel.
Keterangan : saat pengukuran pH memakai pH meter
Keterangan : Saat pengukuran salinitas menggunakan refraktometer